Parenting

Menyapih Dengan Iman

Friday, July 05, 2024

 

Menyapih dengan iman


Bismillahirrahmanirrahim. 


Enam Juni lalu, alhamdulillah bayi Ibu genap berusia dua tahun. 

Artinya? Yha, waktunya berhenti menyusui. 💖

Atas permintaan Buya sebagai ayahnya, beliau rikues digenapkan sampai akhir Juni sebagai rentang proses penyapihan (masalah waktu lamanya penyusuan di dalam Alquran memang berdasar kesepakatan musyawarah ibu bersama ayah, boleh kurang dari dua tahun, boleh dilebihkan). 

Berbekal ilmu dan pengalaman menyapih Si Kembar, maka ini pula yang kami terapkan ke adiknya. 


Ketika kami bersepakat untuk menyusui, kami gunakan niat menyusui dengan iman dan tauhid. Maka menghentikannya dengan iman dan tauhid pula. 


Alhamdulillah, tidak ada drama anak rewel, anak nangis kejer, anak gelisah, karena ini yang memang kami hindari. 
  • Per 21 Juni, perlahan alhamdulillah Teteh Athiyah sudah tidur siang dan malam tanpa menyusu/minta nen lagi. Pulas tidur tidur sendiri. Tapi sesekali blio masih ingat, nangis dan minta nen. Jadi masih saya beri dengan kalimat, "boleh, perpisahan ya, sebentar saja, tidak lama-lama."
  • Ketika saya menulis artikel ini, 05 Juli, Teteh Athiyah alhamdulillah sudah benar-benar lepas menyusu. Masyaallah alhamdulillah atas kasih sayang dan rahmat Allah.
Menyapih dengan "paksa" sesuatu yang teramat anak cintai, bahkan sudah ia kenali sejak lahir itu amat menyakitkan. Inilah penyebab drama (yang semestinya tidak perlu ada). 

Sama halnya, seperti kita, orang dewasa, yang sudah candu dengan medsos dan gawai ini misalnya, tiba-tiba dihentikan "paksa". Yha pasti akan tantrum juga. 

1. Niat lillah menyusui karena perintah Allah. Berhenti menyusui juga atas kepatuhan pada perintah Allah. 

Ini dulu yang perlu kita tanamkan dalam sanubari. TAAT PERINTAH. Kalau Allah sudah sampaikan yang paling sempurna adalah dua tahun, ya dua tahun. 

Ada hakikat makna dan keberkahan di dalamnya. Yakin Bu Pak! takarannya sudah pas, diatur dari segi aspek manapun oleh Allah, pasti ada manfaat dan dampaknya. Diniatkan, nawaitukan di hati. Jangan lagi ada perasaan selewat, "duh nggak tega, kesian anaknya," dll. 

2. Tularkan nilai iman dan ketauhidan ini ke anak

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya. Apa yang kami lakukan ini murni berdasarkan pengalaman kami saat proses penyapihan Kakak Althaf dan Abang Alfath yang terbilang smooth, lembut, dan tanpa drama. Maka dalam proses penyapihan kedua ini kami uji coba kembali, ternyata masyaallah atas kuasa Allah biiznillah terasa mudah dan ringan. 

Bagaimana Caranya? 

Saya kisahkan ke anak, ceritakan ke beliau kisah keteladanan keluarga Nabiyullah Ibrahim. Bagaimana ketaatan mereka atas perintah Allah. Bagaimana keteguhan Nabiyullah Ismail, juga Bunda Hajar. 

Saya ulangi terus kisah Nabi Ismail ketika mendengar perintah penyembelihan. Saya sampaikan, "Nak, berhenti menyusui karena Allah perintahkan berhenti. Kata Allah dua tahun ya dua tahun."

Sebenarnya pengajaran kisah ini bisa menggunakan kisah nabi/rasul/sahabat yang lain, tapi menurut kami ya kisah ini yang paliiing mengena. Apalagi Nabi Ismail ketika itu masih usia anak ya. Paling enak cerita tentang keluarga Nabi Ibrahim. Karena semua muanya itu mengagumkan. 

Disenandungkan juga dengan lisan (ngarang nada dan lirik versi ibunya). Diberi tahu bahwa usia Ananda sekarang sudah dua tahun, sudah harus lepas menyusu karena Allah perintahkan. 

Pak Bu! anak kita sedari di rahim sudah bisa mendengar dan memahami. Apalagi ini usia dua tahun, insyaallah paham dan mengerti ia. 

Ini lirik kira-kira karangan saya ya (kalau mau ikutan)😄

Saya pakai nada "Tamasya Keliling Kota"

Saya sudah dewasa, sudah jadi baduta
bayi dua tahun
tak lagi menyusui, tak lagi minum asi, minumnya air putih
saya baduta, bayi umur dua tahun
saya baduta, tak lagi menyusui

Saya juga menggunakan senandung nasyid Snada (ketahuan ya angkatan tuanya haha 😅)


Masyaallah suka banget karena liriknya ini penuh makna dan mengena. Apalagi di reff:

Malu pada Bapak Para Anbiya, patuh dan taat karena Allah semata. Tanpa pernah mengumbar kata-kata, jalankan perintah tiada banyak bicara. 

Pas banget Pak Bu, Syahdu! 😩 ulangi terus aja ke anak sambil didoain anaknya. 

Apakah langsung anak mau melepas dengan sendirinya setelah itu? 

JELAS TIDAK! 😄


Butuh waktu. Butuh proses. Apa-apa yang kita cintai itu sulit untuk dilepaskan, diikhlaskan. Itu sudah rumus. Fitrah alamiah. 

Saya misalnya. Suka banget menulis. Sudah mendarah daging, sudah menyatu dalam diri ini. Tiba-tiba diminta berhenti selama-lamanya. Allahu rabbi, enggak sanggup 😭 kecuali ada alasan yang sangat kuat untuk saya pedomani. 

Ketika kita pahamkan anak melalui kisah, nasihat, senandung, anak akan paham insyaallah. Tapi untuk anak lepas butuh proses. Bapak Ibu sabar ya! temani Ananda berproses. 

3. Kurangi jatah menyusu anak secara perlahan


Sambil melakukan proses nomor 1 dan 2, menjelang usia Ananda dua tahun, ibu sudah bisa mulai mengurangi jatah menyusu anak secara perlahan. 

Mulai kurangi di jatah menyusu jam aktif anak. Misalnya mulai dari jatah menyusu pagi dan seterusnya. Proses ini insyaallah cenderung lebih mudah. 

Mengapa? sebab pada jam aktif anak, anak lebih banyak BERMAIN dan kenyang dari asupan makan minum. Fokus mereka tidak di menyusui. Kurangi terus sampai tersisa waktu menyusui menjelang tidur siang dan malam. 

Nah ini yang biasanya MENANTANG. 😅

4. Menemani anak melalui fase perpisahan

Menjelang tidur, biasanya anak akan mencari lagi (minta nen/menyusui). Karena ya bayangin aja, mereka sudah terbiasa dengan aktivitas ngenyot sambil ngantuk ngantuk menuju merem. 😄 Sebuah kenikmatan bayi yang tiada tara. Jadi pasti ingat dan mencari nen lagi. 

Mungkin kita berbeda ilmu parenting menyapih (nggak papa ya). 

Jamaknya ya biasanya para ibu akan membiarkan proses ini. Anak akan dibiarkan menangis sampai lupa sendiri dengan tangisannya, dan 1001 cara menjauhkan nen. Buat saya cara ini menyakitkan. Ya ke anak, ya ke Ibu (kasihan dan enggak tega lihatnya). 

Bagi saya, justru ini MOMEN BERHARGA. Waktu bagi Ibu memeluk memberikan waktu ke anak untuk melakukan salam perpisahan. Ketika anak mulai rewel mau nangis minta nen (biasanya paling sering menjelang tidur), saya tahu anak ini mulai paham perintah Allah untuk tidak menyusui, hanya masih kangen belum seratus persen gitu yha, maka akan saya beri kembali. 

Rumusnya: Ibu tidak menawarkan nen, anak yang minta.

Sambil diberi pelukan, dibelai, diusap, didoain, diberi nasihat, 
"Sabar Nak, masih kangen nyusu ya, boleh tapi gak lama-lama ya, kita siap-siap berpisah dengan menyusu ya!" dimasukkan kembali kisah-kisahnya. 

"Sekarang sudah besar Nak! sudah dua tahun ya! nyusunya sebentar saja, sedikit, enggak lama. Nanti haus minum air putih ya. Sudah ya!," biasanya akan akan melepas sendiri. 

Satu kali. Dua kali. Tidak sampai sepuluh kali lama-lama anak akan ya sudah seakan sadar dengan sendirinya, akan melepas sendiri, tidak mencari nen lagi, insyaallah biiznillah. 

Ibunya juga menguatkan diri di masa proses sapih. Tahan rindu. Jangan menawarkan. 

Untuk Ibu, gunakan waktu sebaik-baiknya di masa anak mencari nen. Peluk doain anak SEBANYAK MUNGKIN. 

Setelah itu, sudahkah? ya biiznillah. Alhamdulillah demikian saja prosesnya. 

---

Subhanallah, masih panjang proses pengasuhan kita setelah urusan menyusui. 

Menyusui sesungguhnya salah satu masa emas penanaman iman dan tauhid. Pembentukan karakter keislaman juga akan dimulai dari masa ini. 

Insyaallah nanti usia 7 tahun, kita akan bertemu dengan perintah mengenalkan ibadah. Usia sekian lagi ke depan, akan ada lagi. Demikian setiap tahapan akan bertemu rambu yang telah Allah persiapkan. Tak bisa kita sebagai orang tua semata pakai hati, "enggak tega ah masih kecil ini, biarlah nanti saja." 

Sekali orang tua tidak tegas dalam mendidik perkara yang Allah sudah tuntun perintahkan, berlanjut-lanjut terus bisa bablas nanti dan akan menjadi penyulit pembentukan karakter keislamannya. 

Wallahu alam bishsawab. 

---

Tidak terasa, alhamdulillah Allah karuniakan merasai perjalanan empat tahun MENYUSUI. Nonstop!. 

Luar biasa MahaBaik Allah dengan segala takdirnya. Dan sekarang tahu-tahu masuk fase PENYAPIHAN. 

Berbeda dengan Althaf dan Alfath yang melalui masa dua tahun nyaris full menyusui langsung, Athiyah (adiknya) qadarullah mengalami masa enam bulan (usia 6 bulan s.d 1 tahun) masa pumping saat bekerja, dbf saat bersama. Setelah itu sampai usia 2 tahun, kembali ke mode full menyusui langsung. 

Kami mulai perjalanan menyusui dengan iman, maka kami akhiri perjalanan penyapihan juga dengan iman. 

Bismillah, semoga cerita yang kami bagi ini bermanfaat ya Pak, Bu! (sekarang manggilnya bukan teman-teman lagi, tapi Bapak Ibu 😊). 

Saling mendoakan, mari sama-sama meniti jalan ketakwaan dan berharap anak keturunan yang salih salihah. 





You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



0 komentar