Ada banyak aksara yang belum selesai kita baca,
pada akhirnya,
pun sajak-sajak yang belum terselesaikan,
pada akhirnya,
pun sajak-sajak yang belum terselesaikan,
bagaimana?
Sebuah prolog tentang mengapa tulisan ini terlahir sudah saya sampaikan di artikel sebelumnya. Silakan membacanya kembali di sini: 😊
Meremajakan Cinta Hingga Menua Bersama (Sebuah Prolog) ~
Bismillahirrahmanirrahim.Sudah sepekan berlalu sejak malam tangis "saat saya tidak bisa berpikir apa-apa dan hanya merasakan kesedihan saja".
Tidak ada maksud apa-apa dari cerita saya tentang peristiwa itu, kecuali, sebuah pengungkapan bahwa pernikahan saya juga berjalan sangat alamiah. Ada sedih-perih-sakit lalu senyum-gembira-bahagia. Semua hal yang terjadi pada kehidupan manusia pada umumnya, juga saya rasakan.
Tentang Tabiat Emosi
Bagi saya, setiap emosi itu berharga. Manusia boleh gembira, tertawa, kemudian menangis, bersedih. Yang tidak boleh, adalah berlarut-larut dan kemudian membahayakan diri sendiri.Atau putus asa, lalu menyalahkan Sang Pencipta.
Karena dengan menuliskannya -mengungkapkan kalau saya sedang tidak baik-baik saja kemarin-, lebih membuat saya dapat menjalaninya dengan lebih baik, juga karena sahabat #collaborativeblogging saya sedang tidak bisa menulis pekan ini, jadi mari kita berbincang sebentar, tentang cinta. 😊
"... bersyukurlah kepada Allah! dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji." (Q.S Luqman:12).
Di dalam perjalanan yang insyaallah Maret 2019 genap berusia 10 tahun nanti, di malam saat saya sedang dalam kondisi sedikit "putus asa" itu, saya juga mengingat banyak sekali, anugerah dan karunia yang Allah berikan dalam pernikahan kami.
Saya mengingat, tangan mungil Fifi yang saya sentuh saat ia tertidur. Saya mengingat limpahan nikmat berupa keceriaannya, kerewelannya, kelucuannya yang menghibur dan semua memori yang kami ciptakan bersama.
Boleh baca: #DearDaughter: Tiket Surga Bunda
Saya mengingat bagaimana kuasa Allah bekerja dalam membawa kami ke kota baru ini, membuat kami punya banyak waktu untuk berlabun.
Boleh baca: Mari Kita Berlabun dari Hati
Lalu menghadiahkan kami sebuah perjalanan besar (menuju baitullah) yang sangat bermakna di akhir 2018 lalu.
Saya mensyukuri pernikahan yang penuh kejutan, sesekali pasang, sesekali surut. Ada sakit-pedih-sedih di dalamnya, namun semua itu alhamdulillah dapat dilewati atas izin Allah, dengan hubungan yang mudah-mudahan, semakin baik dan erat dalam bingkai ketaatan, insyaallah.
Di dalam perjalanannya, saya mempelajari dan mendapatkan banyak hal. Dari tahun ke tahun, meski tidak selalu, biasanya akan saya tuliskan di blog ini, karena saya bertumbuh, kami berdua bertumbuh, dan pernikahan kami bertumbuh. Tentu saja ada nilai baru, yang bisa jadi tidak sama seperti sebelumnya, atau barangkali melengkapi pengalaman perjalanan dari yang lalu.
Tentang Cinta
Cinta itu tidak pernah menetap, ia seperti juga iman, punya sifat naik dan turun. Ia juga seperti qalbun, mudah sekali berubah. Namun juga, bisa diciptakan, bisa dirawat, bisa dijaga, dan selalu bisa diperbaharui.Apa yang pernah saya kisahkan di Mendedah Rasa, Memaknai Cinta sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Vries (2006), bahwa pernikahan lebih dari sekadar cinta. Pernikahan terdiri dari sebuah usaha dan perhatian, felicitation dan melancoly, sakit dan sehat, menjadi muda dan tua, berurusan dengan masalah kecil dan besar, mengatasi berbagai macam kesulitan dan ancaman.
Pada akhirnya, dalam sebuah pernikahan, cinta adalah upaya, untuk senantiasa meremajakannya, menumbuhkannya. Cinta adalah usaha, tanpa jemu, tanpa bosan.
Dan pada kesempatan ini, sebagai wujud rasa kesyukuran kami dalam lika-liku sepuluh tahun pernikahan yang alhamdulillah telah kami lewati, kami ingin berbagi hal dan nilai apa saja yang menurut kami penting untuk diketahui sekaligus menjadi bahan pembelajaran dalam rumah tangga.
Semua hal tersebut, insyaallah telah saya rangkum dalam postingan di bawah ini:
Menjaga Keharmonisan Sepanjang Sepuluh Tahun Pernikahan
Karena tidak hanya bunga yang perlu dirawat dan dipelihara,cinta kita juga,
agar bagaimana perasaan itu terus tumbuh, jikapun meranggas dapat kembali meremaja,
hingga menua bersama.
____Catatan: Semua ilustrasi diambil dari: pixabay.com
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
14 komentar
Sudah 10 tahun ya mbak usia pernikahannya, kanggeng terus ya. AKu bulan depan masuk 14 :-D.
ReplyDeleteSelalu ada kejutan-kejutan tapi itu yang membuat makin kuat dan bertahan lebih lama lagi. Aamiin
Alhmdulillah semoga langgeng selalu.. samawa sampai akhir hayat ya...
ReplyDeleteSudah 10 tahun, jalan masih panjang dan berliku. Semoga langgeng dan bahagia selalu ��
ReplyDeleteBarakallahu fiikum,
ReplyDeleteSemoga langgeng, sakinnah wa mawaddah dan warahmah.
Aamiin~
Bagus sekali.
Setiap kata merefleksikan kebahagiaan dan kebanggaan akan cinta.
Tabarakallahu~
selamat ya mba, semoga tetap sakinah mawaddah warrahmah
ReplyDeletebetul sekali cinta dalam pernikahan itu harus dirawat terus agar langgeng
Alhamdulillah.. semoga sehidup sesurga.
ReplyDeleteSaya setuju banget, Mbak.. cinta juga perlu dirawat dan dijaga, agar tetep bersemi dan menyejukan hati.
Semoga terus langgeng dalam kebahagiaan ya Mbak rumah tangganya.
ReplyDeleteIbarat bunga yang harus telaten disiram biar subur, begitu juga cinta yang harus dirawat, dihujani dengan kasih sayang.
ReplyDeletesatu dekade pernikahan...selamat ya mbak. Pasti tidak semudah itu meremajakan cinta hingga bisa menua bersama.
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah 10 tahun, cukup panjang perjalanannya ya mak. Semoga awet dan terjaga sepanjang perjalanan menua bersama. Aamiin.
ReplyDeleteMeleleh. Baca ini dengan mata menggenang. Alhamdulillah 10 tahun pernikahan. Semoga selalu sakinah mawadah warahmah. Berjodoh langgeng dunia akherat.
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah 10 tahun ya, satu fase abad telah dilewati, semoga langgeng til jannah. Buatku, pernikahan itu adalah tumbuh bersama dalam satu kehidupan.
ReplyDeleteAku suka banget bagian ini:
ReplyDelete"... pada akhirnya, dalam sebuah pernikahan, cinta adalah upaya, untuk senantiasa meremajakannya, menumbuhkannya. Cinta adalah usaha, tanpa jemu, tanpa bosan!"
Setuju, cinta dalah usaha, tanpa jemu, tanpa bosan!
Satu dekade terlewati sudah, semoga bisa terus berjalan bersama dan menggenggam dalam cinta ya mbak. Bahagialah selalu keluarganya :)
ReplyDelete