Haji 2018

-314- Rindu Masakan Indonesia di Arab Saudi, Makan Indomie&Datang Saja ke Grapari (?)

Saturday, December 15, 2018


Bismillahirrahmanirrahim. 

Judulnya Rindu Masakan Indonesia di Arab Saudi, ilustrasinya pakai foto Indomie. 😁

Indomie Indomie seleraku, Indomie dari dan bagi Indonesia. *Auto nyanyik. 😂

Rasanya tak percaya, bahwa di episode ke-11 kisah perjalanan Haji ini saya harus benar-benar mengakui bahwa ....
.
.
.
.
.
INDOMIE JADI MAKANAN TERENAK SELAMA DI ARAB SAUDI. 


Indomie ... seleraku. *Auto nyanyik lagiiih*. 😂 Sekarang saya jadi paham dan gak bakal sinis lagi sama teman-teman saya yang ke luar negeri "ya ampun apaan sik, jauh-jauh studi ke luar, bawaannya sekardus Indomie" *lalu akhirnya saiyah kena batunya* 😆🙈.

Sepulang dari empat puluh hari di tanah suci, saya jadi benar-benar meresapi jingle Indomie, Indomie... seleraku *sekali lagi nyanyiik saiyah dapat piring cantik nih!* 😜.

Butuh waktu yang cukup lama ya untuk kita bisa beradaptasi dengan budaya dan makanan setempat, meskipun jemaah haji Indonesia mendapatkan fasilitas katering, sama sekali tak mengurangi ke-kangen-an saya dengan makanan khas Indonesia. 😄

Tapi ya yang bikin ngeselin itu, saya kangennya suka pilih-pilih, gak kayak orang lain yang kangennya random!, kangen bakso, mie ayam, batagor, sate, siomay, nasi padang, sayur bening, ikan bakar, atau jajanan pasar. Kangennya saya ya masak Soto Banjar!, ew 😂. Kepenginnya tuh suka spesifik gitu, saya kangen Soto Banjar Ayam Kampung yang dijual di Tana Tidung. Oh My Allah.. 😅


Ada sih, sekali-kalinya saya ngidam masakan Indonesia yang lain. Apa cobaaak? saya pengin banget makan Sate Jando yang ada di depan Kampus Unpad Cimandiri. Ahahaha. 😆 Fix! selera kangen saya emang ngeselin. 

Dan saya hebring banget waktu ngelihat Arab Saudi. Di mana-mana ada Indomie! 🍜🍝. Dan Indomienya itu ntah ya, rasanya kok jadi enak ya, 😝 padahal selama di Indonesia saya emoh banget makan mie *demi diet sehat*, 😜. 

Ternyata, dari data yang ada, produk mie instan Indonesia menguasai 95 persen pasar mie Instan di Arab Saudi uwow!. Dan merek yang dikenal luas adalah Indomie. 😋

Di Jeddah bahkan ada pabrik Indomie, yang sayapnya terus berkembang sampai ke kawasan Timur Tengah, Afrika dan Eropa Timur. Keren ya, kita punya branding yang menginternesyienel. Banggaaak dulu pernah jadi anak kos dan doyan makan mie. 😀😂

Jadi, saat bepergian ke luar negeri, dari pengalaman saya itu, ada baiknya emang sangu Indomie beberapa rasa 😃. Kalau mau praktis sih bawa Pop Mie. Di Arab Saudi, meskipun yang jual Indomie banyak, tapi variannya gak sebanyak yang ada di Indonesia. Selera jemaah Indonesia ini juga di fasilitasi lo oleh PPIH. Dari pihak katering, ada kali minimal beberapa hari sekali, kita dapat jatah tambahan berupa Pop Mie. Yeeeeey. 😂

Trus saya kan penasaran yaah, "Teh Novi, gimana sih makanan Jepang? dan bagaimana pengelolaan di travel HIS? dapat katering kayak jemaah Indonesia gak?" :D

Nah, karena pertanyaan-pertanyaan itu, kita jadi sepakat kalau pekan ini ngomongin soal makanan. :).

Cerita Teh Novi

Menjadi Lidah Arab Selama di Mekah




Katering Jemaah Indonesia

Untuk jemaah haji reguler Indonesia, tidak perlu risau memikirkan nanti selama di Arab Saudi, kita makan apa? :). Karena alhamdulillah, jemaah diberi fasilitas katering selama di sana. Sebanyak dua kali dalam sehari. Makan siang dan makan malam. Pemberian makan ini biasanya selalu dibarengi dengan buah-buahan plus cemilan ringan. Lengkap.

Tak perlu repot juga bebawaan teh, kopi, sendok, gelas, gula, dan lain macamnya. Karena selama di tanah suci, persediaan untuk segala macam bahan minuman melimpah ruah, kita dijatah!. Bahkan saus sambal juga dikasih sebotol-botolnya. :p Saat akan pulang ke tanah air, kebanyakan dari jemaah meninggalkan itu semua di hotel, saking banyaknya dan sudah gak muat dimasukkan ke koper bawaan. :D.

Penampakan jatah makanan untuk jemaah haji reguler Indonesia
Makan siang akan dibagikan sekitar pukul 10.00 pagi, jadi untuk jemaah yang memang tidak terbiasa sarapan, tidak akan jadi masalah. Kalau buat yang terbiasa sarapan, di sekitar hotel jemaah Indonesia, banyaaaaaak sekali penjaja makanan Indonesia. Nasi kuning, nasi uduk, lauk-pauk matang, sampai kue cucur pun ada. 😊 Sudah seperti pasar tradisional di Indonesia saja, segala rupa penganan ada. Bubur kacang hijau, onde-onde, gorengan. Ada? adaaaaaa. 

Suasana di depan hotel Jemaah Nigeria saat pagi hari.
Suasana keramaiannya hampir sama seperti foto di depan hotel jemaah Nigeria saat pagi hari. Banyak penjaja sarapan!. Sehabis subuh, kita harus datang cepet-cepet banget kalau mau mendapatkan sarapan yang sesuai harapan 😆 alias masih banyak pilihan. Lewat dari itu, biasanya suka kehabisan.

Di dekat hotel tempat saya menginap bahkan ada Resto Nasi Padang!. Lengkap juga menunya, ada bakso, nasi campur, nasi padang, lontong, bubur kacang hijau dan lain-lain. Rasa masakannya lebih nendang (juga lebih mahal) dibanding yang dijual di pasar makanan dadakan di pagi hari yang rata-rata harganya lima riyal (sekitar Rp 20.000).

Resto Nasi Padang di dekat hotel.
Jadi alhamdulillah, untuk makanan jemaah haji reguler Indonesia tercukupi. :). Tidak seperti jemaah haji zaman dahulu kala, saat ini, sudah gak zaman lagi, bawa beras dan segala macam bahan mentah dari Indonesia *kecuali Indomie segala varian rasa*. :D promo banget yak saiyaah? ahahaha. :p

Kalaupun ada yang dibawa, bawa makanan jadi tahan lama, seperti tempe kering, dendeng, ikan asin olahan, sambal jadi olahan sendiri dan semacamnya.

Saya berterima kasih sekali pada teman jemaah satu kloter, haru sekali beliau bawa bumbu rujak yang sudah di kemas!. 😃 Dan alhamdulillah, kita jadi bisa rujakan pakai bahan buah-buahan jatah katering saat di Mina.  😍. Fyi, jatah buah melimpah sekali selama di tanah suci. 🍅🍎🍉

Boleh baca: Prosesi Haji di Armina: Arafah, Muzdalifah, Mina. 

Isi makanan katering Indonesia
Akan tetapi .... yak akan tetapi! jatah katering itu menunya itu-itu saja. 😆 Rasanya enak, tapi ya selama empat puluh hari diputer-puter saja menunya. Nah ini yang berpeluang membuat jemaah bosan. 🙈 Makanan dari katering, tidak pakai banyak bumbu, tidak pernah pedas, tidak pernah dapat sayur yang berkuah. Katering memang sepertinya oleh PPIH dirancang memenuhi makanan sehat yang tidak pakai micin. 🙈

Untuk mensiasatinya, jemaah Indonesia bisa membeli makanan di pagi hari yang saya ceritakan tadi. Ada banyak macam sayur jadi yang dijual di sana. Sayur bening, sayur sop, sayur santan, osengan, dan lain-lain ada. Nah inipun masih ada jemaah yang tidak cocokan juga. Sehingga sebagian jemaah ada juga yang memutuskan untuk memasak.

Memasak? bagaimana caranya? Nah ini yang saya tidak tahu gimana cara masaknya. 😆 Saya gak pernah lihat langsung sih! tapi bu ibu yang masak biasanya berbelanja sayur lauk pauk mentah di toko Indonesia, trus dimasak di kamar. Kemungkinan pakai ricecooker atau kompor portable, wallahualam. Saya gak pernah berniat mencari tahu gimana tips trik memasak 🙈, karena saya dan teman sekamar tidak terlalu mau repot urusan makan, alhamdulillah, semua bisa dimakan. Kalaupun bosan, kami biasanya bakal jajan di luar.

Selain itu? selain itu sih, kami memang berniat ingin fokus ibadah saja selama di tanah suci, kapan lagi kita gak perlu ngurus masakan, cucian, setrikaan, dan an an an yang lain kecuali hanya mikirkan ibadah salat dan banyak-banyak berdoa kalau tidak dalam perjalanan haji seperti ini, ya kan?. 😆🙈

Nge-Bakso di Grapari

Waktu itu kebetulan saya sedang ngidam Soto, Gosah ditanya saya ngidam soto apaan ya, udah pastilah Soto Banjar. 😂

Trus saya searching, saking penginnya lo. 😆 Saya itu selalu mencari info apapun di blog para rekans bloger sekalian alam. 😃 Gak tahu kenapa, saya selalu percaya sama ulasan bloger. 👍👍👍.

Nah, lalu saya dapat info, katanya bakso Grapari itu enak banget. Dan Grapari itu ada di Mal Zam-zam Tower, malnya persis di depan Pintu Utama Masjidil Haram. Waaah, deket banget dong ya? 😍.

Boleh baca: Ada Apa di Pintu 74 Masjidil Haram?

Gerai Grapari Makkah yang sekaligus menjual makanan.
Ya, deket banget emang ini tempatnya. Jadi suatu waktu, seusai salat Subuh, kami mencoba mencari Grapari ini. Letaknya di bagian foodcourt lantai atas bagian kiri. Kalau bingung, boleh bertanya kepada petugas mal, di mana tempat foodcourt. Di kelilingin saja lantai tempat makannya, di situ berkumpul semua jenis menu pilihan makanan, dari seluruh negara. Grapari ini menjajakan masakan khas Indonesia.

Masakan? iya, jadi gak hanya bakso saja!, tapi juga ada makan prasmanannya. Oh ya omong-omong, jangan shock ya, karena harga di Grapari ini memang relatif mahal kalau dirupiahkan *dibanding tempat lain*. 😆 Tapi kalau rasa, juaraaaak deh, memang enak menurut lidah saya. 😋. Kalau lagi rindu berat dan kepengin makan dengan cita rasa yang enak khas Indonesia banget, udah dinikmati saja, jangan perhitungan. 😂.

Dan, untuk diketahui, semangkuk bakso ini harganya 20 riyal atau setara Rp. 80.000 😆. Baru di Arab Saudi saya merasa bahwa semangkuk bakso amatlah berharga!. Haha.


Untuk makan prasmanannya dibandrol 30 riyal atau setara dengan Rp 120.000 per satu porsi. Seharga gamis buat oleh-oleh dibawa pulang. 🙈. Ada rasa ada rupa ya emang. 😆.

Model prasmanannya kita bebas pilih lauk pauk *tapi sih daripada mubazir dengan harga segitu* kami biasanya ambil semua lauk pauk jatahnya, kalaupun gak habis kan bisa dibungkus dibawa ke hotel. *Jemaah pengiritan* 😂.

Minuman bebas, boleh ambil sendiri.
Makanan prasmanannya enak banget lo rasanya, *menurut lidah saya*. 😊 Worth it lah dengan harganya. Oh ya kalau mau merasai varian lain masakan nusantara di dekat Masjidil Haram, ke resto Malaysia juga bisa. Tempatnya di Mal sebelah kanan Zam-zam Tower, di depan toilet nomor dua. Di sana biasanya ramai juga didatangi oleh jemaah Indonesia. Makanan Malaysia kan hampir mirip-mirip juga dengan Indonesia. Harganya lebih bersahabat eniwei. 🙈.


Nah selain makan, di gerai Grapari, kita juga bisa sekalian ngurus kartu kalau kita pengguna Telkomsel. Terus terang saja, saya tidak pakai paket internet dari Telkomsel saat perjalanan haji karena mahal. Sungguh jujur ya!. 😁. Saat umrah saya pakai Telkomsel. Dan memang beda dari segi signal, bagusan Telkomsel sih memang ke mana-mana. Internetan juga lebih lancar jaya dengan Telkomsel. Jadi kesimpulannya, sekali lagi, ada harga ada rupa, sebagai konsumen kita tinggal pilih, mau yang mana? :)

Kuliner Indonesia di Madinah

Kuliner Indonesia di Madinah menurut saya lebih banyak lagi, yang dekat Masjid Nabawi ya maksud saya. Lokasi tata kelola ruang memang lebih rapi di Madinah menurut saya. Di Madinah tidak ada yang jauh. Hotel, pusat perbelanjaan dan masjid berada di dalam satu komplek. 

Resto Indonesia di Madinah
Alhamdulillah kebetulan hotel kami terletak persis di depan pintu 25. Satu menit juga sampai ke masjid. Nah, di sekitar hotel, banyak kuliner Indonesia. Ada bakso Doel dan resto prasmanan yang menyajikan masakan khas Indonesia. Di Madinah, urusan makanan khas Indonesia sama halnya dengan di Mekah, insyaallah terjamin. 👍👍👍 

Ini jauh-jauh ke Arab Saudi, yang diomongin masakan khas Indonesia ya? 😆

Yup, itu karena lidah saya belum bisa menyesuaikan masakan luar. 😆. Saya juga sempat nyicip beli kebab, nasi samin, daging-dagingan arab sampai Al-Baik. Tapi ya, gak bisa sering-sering, teteup we cocoknya sama masakan Indonesia. 🙈. 

Nah, sekian dulu ya, cerita saya tentang bagaimana makanan jemaah haji reguler Indonesia dan beberapa rekomendasi tempat kalau teman-teman nanti kangen masakan khas Indonesia ketika berada di tanah suci. 

Khusus untuk Grapari karena tempatnya so dekat, jadi bisa banget nyuri waktu diantara dua waktu salat di Masjidil Haram buat makan di sana. 😊😗. 

Omong-omong, saya belum tahu Grapari Madinah letaknya di mana. 🙏

Semoga cerita kali ini bermanfaat yak man temans sekalian. 


Salam sepenuh cinta. 💗💖😊~~~


Sampai jumpa di episode cerita perjalanan haji berikutnya, insyaallah.



You Might Also Like

Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.



0 komentar