Bismillahirrahmanirrahim.
Aw..aw..aw judulnya...:p
Sudah siapkah saya memeluk masa lalu dan kembali mengenang mantan? :D
Ini pertanyaan yang saya pikirkan, setiap kali menginjakkan kaki ke kota ini, Yogyakarta.
SETIAP KALI? :) ini kedatangan saya yang kedua sejak yang pertama pada 2015 lalu.
Boleh baca: Gara-gara Jogja
Hati saya berdesir mengenang masa muda, waktu masih kinyis-kinyis zaman SMA. *Wah apa-apaan ini. :)
Kota ini kota yang saya cintai sejak pertama kali mengenalnya, melalui buku. Ini kota di mana saya menggantungkan cita-cita, pokoke dulu pengen banget kuliah di Jogja.
Tapi namanya JODOH, Allah yang punya kuasa. Jodoh saya bukan di Yogyakarta, jodoh saya di Jakarta. Gak meleset jauh, yang penting sama-sama KARTA. *Maksa :D
Patah hati? PASTI. Haha. :p. Inget dulu nangisnya lebay melebay gak karuan. Apalagi kultur kedua kota ini jauh berbeda. Bak merkurius dan venus #eh gak nyambung ya :p, bak langit dan bumi (menurut saya). Jakarta padat, semrawut, macet, rasanya sesak hidup di Jakarta *eh tapi Jogja sama aja ding sekarang, sama-sama padet. Apalagi saya terbiasa hidup di daerah pinggiran laut. Saya anak pantai, terbiasa di pantai. Ya, Jakarta juga ada daerah pantainya, tapi beda tentu dengan tipikal wilayah Balikpapan. Ditambah lagi di Jakarta, saya jarang bertemu dengan tanah. #Ya Allah, alasyan apaaaah ini? :)
Boleh baca: Malam Mingguan di Pantai Kemala Balikpapan.
Lalu entah, di tahun 2017 saat saya kembali ke Jogja, gambaran saya tentang kota idaman ini membuyar. Lamunan bahwa saya akan merasa nyaman di kota ini tak terwujud. Saya merasa asing.
Apalagi, tidak lama, setelah dari Jogja, saya kembali ke Jakarta. Kota keras ini masih sama, masih sama-sama menyesakkan secara lahirnya. Tapi kota ini ternyata begitu mendamaikan. Saya merasa, setiap jalan di ibu kota adalah tempat yang ternyaman yang dapat saya temukan.
Boleh baca: Kepada Jakarta, Saya Sedang Melangitkan Doa
Kesimpulannya, "lupakan masa lalu, tak usah kau kenang mantan dan mengejar-ngejar sesuatu yang telah usang, karena toh setelah bersua, semua tidak lagi sama, belum tentu kau bahagia bersamanya" haha, sungguh sebuah hikmah penuh faedah. :)
Berfoto dengan gaya model ala-ala endorsan, 😝 |
Oh ya, sebelum saya ditimpuk pembacah sejagat raya Indonesiaah karena kemarin sudah janji mau cerita tentang unta, melanjutkan perjalanan umrah saya, saya harus sampaikan bahwa sesungguhnya saya sudah berniat menyelesaikan artikelnya, lalu saya teringat kalau laptop yang saya bawa adalah laptop kantor, it's mean foto-foto perjalanannya gak ada di laptop kantor ini. *Huhu, nangis di pojokan. Apalah arti artikel tanpa foto ya kan? jadi maafkan.
Daaaan, di tengah-tengah kesedihan, tiba-tiba nyasar ke artikel Mbak Rach Alida Bahawers si pemilik blog www.lidbahaweres.com di web KEB dengan judul:
Tempat Wisata Anak di Yogyakarta
Lalu tetiba,.
.
.
saya keinget mantan, euw.
Saya keinget kalau sudah punya draft tulisan ini sejak
.
.
.
beberapa bulan silam. :D
Tempat berswafoto sejuta umat. Eniwei yang difoto bukan saya, itu pengunjung. :) |
Kenapa Mangunan?
Karena hasil searching dari Pak De Gugel, tempat ini cukup direkomendasikan, haha. :D.
Jadi gini, kami sekeluarga ke Mangunan untuk menghadiri acara pernikahan sepupu saya. Nah, kami punya jeda satu hari yang bisa digunakan untuk berwisata keliling Jogja. Sebelumnya, kami mengunjungi museum dan sarapan pagi menu khas Jogja di resto cukup terkenal dan recomended, kata Pak Supir yang membawa. :)
Lalu, di tengah perjalanan, kami berdebat tentang, "mau ke mana setelah ini?."
Ada yang ingin ke pantai, ada yang mau ke gunung, ada yang mau ke masjid, dan ada yang pengin belanja. Ada pula yang pengin ke bioskop nonton. :D Ya Allah, masing-masing gak ada yang searah.
Akhirnya menimbang dan memutuskan. Oke, jam masuk zuhur kami semua sepakat pengin salat di Masjid Jogokariyan *alhamdulillah untuk yang ini semua cita-citanya sama. :).
Dan, kami memutuskan untuk pergi ke Hutan Pinus Mangunan
Area parkir, musala, toilet serta warung penjaja makanan minuman |
Hawa mulai terasa sejuk sejak memasuki kawasan Hutan Pinus Mangunan. Konon kabarnya, ini termasuk tempat wisata yang cukup nge-hits dalam kurun waktu terakhir. Saya tergoda dengan beberapa foto keren nan keceh hasil 'googling' tentang tempat ini.
Mungkin ada yang bertanya kepada saya, "Jadi bagaimana kesan setelah berkunjung ke sini secara langsung?."
Kesan saya, "Oh, ini mah hutan pinus yang tidak jauh berbeda dari hutan pinus di Tana Tidung yang setiap hari saya lewatin dan nikmati." Haha, :). Maafkan teman-teman, saya kan tinggal di belantara, :D, sekaligus ini juga sebagai penggembira untuk teman-teman Tana Tidung di sana.
Bedanya, di Tana Tidung masih hutan asli, dan terpencil jadi gak ada yang tahu. :D
Pinus ini kebetulan hidupnya di Jogja, dirawat dan dikelola sebagai tempat wisata. :)
Masih area parkir |
Saya lupa berapa biaya masuknya, sepertinya murah saja *murah ukuran horang kayah Kalimantan, :p. Enam ribu atau sepuluh ribu satu karcisnya.
Di area Hutan Pinus, ada beberapa tempat swafoto yang cantik *dan saya lupa memotretnya, gara-gara kebanyakan ngumpulin foto pribadi, faaaaaaain :D.
Trus ini maafkan kalau kualitas gambar macam kualitas televisi zaman orde penjajahan, :p. Ini masih produk gawai edisi lama. :)
Saat kami mengunjungi tempat ini, banyak spot-spot menarique untuk dikunjungi. Salah satunya yang instagramable dan kekiniaan. :)
Saya tertarik mencoba salah satunya.
Oh ya ngomong-ngomong, Mangunan ini sempat diulas di majalah penerbangan, dan saya sempat baca. Hasil fotonya cantik sekali, jadi saya penasaran kan ya *anaknya apa atuh gampang melit. :p
Salah satunya foto tampak pemandangan mirip di bawah ini:
ya tapi, hasil foto saya kok biasa aja yaaaaaa, haha, :D.
Lalu dikomenin sama Adik, "Yah Mbak, foto kayak gini mah kagak keliatan kalau di Jogja, ini macam foto di belakang rumah kita aja, hutan belantara." *Deep. :p.
*Itulah bedanya, fotografer profesional sama bloger tukang jalan-jalan. Di situ saya merasa mengenaskan. :p
Trus lagi ya, saya kan anaknya pengen nggaya nyobain gimana sih ngambil foto seolah-olah kita ada di pinggir puun yang tinggi itu.
Ternyata apa coba? naik tangganya tinggi amat, dan saya gak berani, argh! jadi apa guna pergi ke sini dan gak dapat foto memorable buat dipamerin disimpen sebagai kenangan? :p.
Salah satu spot foto. |
Setelah puas mengelilingi pohon pinus dan mengambil foto dari segala tempat, tak dinyana, dua jam lamanya kami di sini.
Tempat ini saya rasa cocok buat liburan sekeluarga, yang membawa anak-anak untuk bermain. Puas sekali bisa berlarian ke sana ke mari pastinya. Dan nak anak muda yang jalan-jalan demi mendapat view wisata yang instagramable.
Ada kebun buah Mangunan juga, tapi kami tidak mampir, karena tidak cukup waktu.
Seperti ini ya gaes, kalau mau dapat foto dengan view kekinian. Cukup saya fotoin model tangganya saja. :) |
Selepas dari Hutan Pinus Mangunan, kami melanjutkan perjalanan menuju Masjid Jogokariyan. Puas rasanya menikmati kesejukan di tengah rerimbun Hutan Pinus Mangunan, untuk mencipta kenangan, atau menjadi jalan buat saya melupakan mantan?. :)
Yang pasti, kota ini selalu tetap akan menjadi kota kenangan, yang tidak mudah untuk dilupakan.
Dear mantan, aku bukanlah sosok yang dulu.
Yogyakarta, September 2017.