Bismillahirrahmanirrahim.
Setelah terpilih untuk mengikuti Workshop Menulis BPS dengan hashtagnya, #MenulisAsyikBPS bulan lalu, salah satu beban moril amanah yang diberikan selain menularkan virus menulis adalah muncul tulisan di koran jeng jeng jeng.... :D.
Merasa malu-malu kucing gimana gitu ya, karena sebelumnya tulisan saya belum pernah masuk koran untuk versi seriyees dengan mengupas angka. :). Nyesel juga, kenapa karya sastra sebelumnya yang pernah masuk koran tidak saya masukkan ke blog ini sebagai arsip.
Mengubah gaya menulis dari yang mulanya sak karepe, syuka-syuka menjadi satu genre bahasa koran bukan perkara mudah ternyata. Saya sempat vakum mengurus blog ini, karena merasa kehilangan kenikmatan dalam menulis. *Hamba blogger yang merasa kehilangan identitas, ahahaha, :D.
Ngeblog makin terasa tidak nikmat, ketika kawan-kawan di grup ngejembreng prestasi masuk koran, sementara saya belum sukses-sukses juga, tulisan yang saya buat ditolak tiga koran lokal dan dua portal news online, *kunyah batako di pojokan dan minum es prutang :).
Lalu akhirnya, saya masukkan sebagai updatean blog di sini: :)
Tulisan yang ini juga sebenarnya sudah ditolak oleh satu media, saya kirim dari 3 Desember, sampai dengan tanggal 19 Desember tiada kunjung berkabar. Saya heran, apakah semua koran lokal memang tidak punya SOP untuk membalas email pengirim tulisan untuk konfirmasi? harap-harap cemas berhari-hari sembari dag dig dug membuka koran ituuuuuh sesuatuuuuh, macam pengemis cinta yang di PHP looooh. :)
Lalu, tanggal 20 Desember lalu, di subuh pagi buta, saya kirimkan tulisan ini ke Tribun Kaltim. Surprise, karena esoknya, WAG kantor sudah ramai, memberitakan kalau tulisan saya masuk koran. Alhamdulillah, ya Allah rezeki anak shalelah. *benerin jilbab. :)
Sebagai bentuk rasa syukur dan media penyimpanan, saya upload di blog ini, mudah-mudahan yang pertama ini menjadi berkah untuk karya-karya selanjutnya. Semoga!
Amin, amin ya mujibas sailin.
Membaca Geliat Perekonomian Kalimantan Utara
Terbit di koran Tribun Kaltim, 21 Desember 2017
Terbentuknya
Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) sejak tanggal 16 November 2012 menjadi
babak baru dalam histori Negeri. Lima tahun provinsi ini berjalan, dari segi
ekonomi, Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Kaltara sejak tahun
berdirinya selalu mampu bertumbuh kokoh pada batas angka melewati lima persen.
Pada tahun 2012, ekonomi tumbuh sebesar 7,77 persen, tahun 2013 sebesar 8,15
persen, 2014 sebesar 8,18 persen. Mengalami perlambatan pada tahun 2015 dan
2016 akibat jatuhnya harga batu bara dan pengaruh perekonomian global yakni
sebesar 3,13 persen dan 3,75 persen.
Sementara pada kuartal ketiga tahun 2017, BPS baru saja merilis angka
pertumbuhan Kalimantan Utara yang kokoh pada angka 6,62 persen, jauh melampaui
angka tumbuh Provinsi Induknya (Kalimantan Timur) yang tumbuh sebesar 3,54
persen, dan angka pertumbuhan nasional sebesar 5,06 persen. Sebuah prestasi
yang sangat membanggakan, tentu saja.
Geliat Perekonomian Kalimantan Utara
Menelisik angka
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Utara lebih jauh. Pada struktur perekonomian, jika
dilihat dari pembentukan nilai tambah, pada tahun 2016, perekonomian Kalimantan
Utara didominasi oleh usaha Pertambangan dan Penggalian. Nilai
PDRB menunjukkan bahwa kontribusi kategori tersebut mencapai 30 persen,
tertinggi dibandingkan nilai tambah dari kategori atau lapangan usaha yang
merupakan cakupan kegiatan Sensus Ekonomi (SE) 2016. Kategori yang juga
memberikan nilai tambah cukup signifikan adalah Konstruksi yaitu sebesar 16
persen. Selain itu, usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan
Mobil dan Sepeda Motor menyumbang sebesar 15 persen terhadap total penciptaan
nilai tambah di Kalimantan Utara
Namun
demikian, dari aspek kuantitas, data SE2016 menunjukkan struktur yang agak
berbeda dari struktur penciptaan nilai tambah. Pada tahun 2016, peta potensi
wilayah Kalimantan Utara menunjukkan bahwa hampir separuh (47,27 persen) dari
total usaha di Provinsi Kalimantan Utara menjalankan aktivitas ekonomi pada
kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda
Motor. Usaha ekonomi yang juga cukup banyak di Kalimantan Utara adalah usaha
Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum, yaitu sekitar 17 persen dari
total usaha di Kalimantan Utara. Sementara itu, jumlah usaha yang tersebar pada
kategori lainnya, masing-masing berada di bawah 10 persen.
Dari total usaha
yang ada di Kalimantan Utara, sebanyak 53.145 unit usaha atau sekitar 97,53
persen dari total usaha di Kalimantan Utara merupakan Usaha Mikro Kecil (UMK), sisanya, hanya 2,47
persen yang merupakan Usaha Menengah Besar (UMB). Peranan UMK yang sangat
signifikan juga terlihat pada beberapa kategori. Beberapa kategori memiliki
proporsi lebih dari 80 persen. Peningkatan jumlah UMK di Kalimantan Utara
rata-rata sebesar 4,96 persen per tahun.
Dari aspek ketenagakerjaan, UMK juga cukup berperan
dalam penyerapan tenaga kerja. Secara umum dari total tenaga kerja sebanyak
149.676 orang, UMK menyerap 74,77 persen tenaga kerja, atau sekitar 111.920
orang. Sementara itu, 25,23 persen tenaga kerja bekerja pada Usaha Menengah Besar
(UMB) di Kalimantan Utara.
Tantangan Perekonomian
Kekuatan UMK sebagai basis
perekonomian Kalimantan Utara dapat menjadi salah satu modal pembangunan untuk
terus diberdayakan. Hal ini sekaligus menjadi tantangan untuk Kaltara sebab
sajian potret ekonomi menunjukkan, proporsi
usaha/perusahaan yang berlokasi di Kalimantan Utara hanya 3,95 persen atau
sebanyak 54.493 unit usaha/perusahaan. Jumlah
usaha yang berada di Kalimantan Utara merupakan yang terkecil dibandingkan
provinsi lainnya di Kalimantan.
Hal berikutnya
yang dapat dilakukan adalah meningkatkan investasi pada leading sektor potensial berbasis non sumber daya alam, terutama
pada sektor perdagangan dan industri pengolahan. Perlu diingat, bahwa
penciptaan nilai tambah yang dominan dari pertambangan dapat menjadi sebuah
momok, dikarenakan sektor ini sangat bergantung kepada ketersediaan sumber daya
alam yang tidak terbarukan.
Berdasarkan
teori ekonomi yang ada, terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi
dan ketersediaan sumber daya alam. Artinya, semakin cepat pertumbuhan ekonomi di
suatu wilayah maka akan semakin menipis ketersediaan sumber daya alam di wilayah
yang bersangkutan. Sebaliknya, akan terdapat hubungan positif antara
pembangunan ekonomi dan pencemaran lingkungan, artinya semakin baik pembangunan
ekonomi semakin tinggi pula tingkat pencemaran lingkungan. Ini adalah tantangan
berikutnya bagi provinsi termuda ini. Ketergantungan
terhadap sumber daya alam, apatah lagi yang sifatnya tidak terbarukan seperti
halnya batu bara, sangat riskan dan rawan terkena imbas dampak perekonomian
global selain permasalahan besar yang ada di depan mata; habisnya sumber daya
alam, dan menyisakan masalah kerusakan lingkungan.
Selebihnya,
dengan memperhatikan geliat pertumbuhan ekonomi yang terus bertumbuh kokoh
selama kurang lebih lima tahun ini, saya merasa optimis bahwa provinsi muda ini masih
punya peluang besar dan harapan untuk berkembang dan maju. Kita lihat saja!.*
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
3 komentar
Semoga berkah Ya Rabb.. Amiin..
ReplyDeleteSemoga berkah ya Mbak.. semoga makin membawa manfaat yang luas bagi masyarakat.. Amiin.. Saking semangatnya jadi komentar dua kali.. hehe
ReplyDeleteamin Mbak, makasih ya. :)
Delete