Bismillahirrahmanirrahim.
Saya tidak yakin bahwa Me Time akan menjadi satu-satunya cara agar tetap menjadi waras, tapi saya tetap ingin membahasnya dan menuliskan judul postingan ini 'Tetap Waras Dengan Me Time' 😃.
Sebelumnya saya juga sudah berupaya mengumpulkan beberapa definisi me time kemudian mencatatnya dalam lembaran kertas, kemudian kertas tersebut terselip entah di mana ðŸ˜ðŸ˜. Yang saya ingat, me time didefinisikan sebagai waktu untuk sendiri, tanpa ada orang lain.
Saya tertarik membahas definisi tersebut karena, errr.. karena menurut saya ada sedikit kejanggalan dalam definisi tersebut. Pertanyaan seperti,
"Benarkah dengan tanpa kehadiran orang lain, kebutuhan akan diri sendiri akan terpenuhi?"
"Benarkah me time hanyalah tentang diri sendiri?"
"apakah me time yang berkecukupan akan benar-benar menjadikan kita memiliki kendali penuh atas hidup kita, dan kita terbebas dari ketidakwarasan?"
"Lalu apa itu ketidakwarasan? Apa?"
Kemudian saya membandingkannya dengan apa yang selama ini saya lakukan agar tetap berada dalam jalur 'kewarasan' versi saya. Salah satunya ialah dengan menulis di blog. Blog semacam menjadi wadah pemenuhan jiwa di mana saya bebas menumpahkan apapun yang ingin saya tumpahkan, tanpa tekanan, tanpa paksaan dan tanpa memikirkan banyak hal -termasuk- kepopuleran. Meskipun sesekali saya melenceng dengan berharap suatu saat bisa mendapat satu juta post view misalnya 😜
Tapi sungguh, blog ini benar-benar menjadi semacam pelepas dahaga bagi saya, dan selalu mampu menjadikan saya bahagia setelahnya. Ini terapi kejiwaan yang saya rasa sangat efektif dan berpengaruh dalam kehidupan saya.
Dada saya sesak dan selalu ada yang terasa kurang saat saya lama tidak menulis di sini. Tetapi poin pentingnya adalah:
S A Y A M E R A S A B A H A G I A itu!!!
Karena itu, semenjak proyek menulis buku dua bulan lalu, dengan hasil yang tidak cukup memuaskan: ditolak penerbit dan harus rombak total. 😅. Saya sampaikan kepada patner menulis saya, bahwa dengan ini saya menyatakan belum bisa menulis buku lagi. 😀.
Saya katakan dengan jujur kepadanya bahwa saya merasa tidak bahagia dengan menulis buku. Saya merasa tertekan, dan tidak menikmati apa yang saya lakukan. Saya juga merasa tidak bisa mengimbangi ritme kerja penulis. Barangkali, karena tidak ada rasa nikmat di dalamnya. Tidak ada kebahagiaan di dalam prosesnya. Saya sampaikan kepadanya, bahwa hidup saya saat ini sederhana; dan saya ingin menyederhanakannya. Saya tidak ingin lagi mengejar sesuatu yang sejatinya 'bukan diri saya'. Saya ingin bahagia dalam kehidupan di dunia. Saya ingin menikmati setiap jengkal kehidupan yang Tuhan titipkan dengan perasaan nyaman. Saya tidak ingin lagi berpura-pura, dan terlalu banyak menatap kepada kesuksesan orang lain.
Saya adalah dengan hidup saya. Orang lain, mereka hidup dengan kehidupan mereka. Saya dengan tingkat pencapaian saya, orang lain, berada dengan pencapaian mereka masing-masing. Tidak pernah bisa disandingkan, apalagi dibanding-bandingkan.
Saya juga tidak begitu 'ngoyo' menulis di media, karena saya merasa lebih bahagia jika dapat menulis secara ekslusif di blog saya sendiri. 😊. Kebahagiaan yang, indah. Kepuasan yang tidak dapat dijelaskan secara gamblang dengan kata-kata.
Tetapi semua itu tentang diri saya sendiri. Mengenai kebahagiaan saya sendiri dan pemenuhan atas diri saya sendiri. ☺
Selebihnya, kebahagiaan saya ialah jika kemudian tulisan-tulisan yang saya bagikan di blog ini memiliki nilai manfaat dan memberikan sepercik kebahagiaan untuk orang lain. Itu nilainya jaaaauuuuh lebih membahagiakan.
Karenanya me time saya anggap tidak lagi hanya soal 'diri sendiri', tetapi juga untuk orang lain dan kebahagiaan yang lainnya.
Saat saya membaca buku, kemudian saya dapati ada sesuatu yang baik dan menyentuh, saya menuliskannya agar orang lain juga saya harap mampu merasakan manfaatnya. Dan saat saya mendapatkan feed back dengan wujud kecil saja, saya merasakan kebahagiaan yang berlipat ganda dari sebelumnya.
Saat saya memiliki pengalaman, mendengarkan sesuatu, mendapatkan hal baru, saya menuliskannya dengan harapan orang lain pun dapat memetik pelajaran dari baliknya. Dan entah, setelahnya, saya mendapati hati saya terasa jauh lebih nyaman dan bahagia.
Ah, kenapa saya jadi ngalor ngidul kemana-mana begini ngomongnya? 😂.
Baiklah, kembali kepada Tetap Waras Dengan Me Time.
Me time ini sejatinya adalah kebutuhan setiap individu. Menilik pernyataan dari Rasulullah bahwa setiap bagian tubuh memiliki haknya. Ada hak untuk istirahat, ada hak untuk bekerja, ada hak untuk bersosialisasi, ada hak untuk memanjakan diri.
Masing-masing memiliki porsinya. Semua wajib terpenuhi karena itu semua adalah kebutuhan. Akan pincang jika satu saja tidak tertunaikan.
Jadi, me time memang bukanlah satu-satunya faktor penentu kebahagiaan. Tetapi, me time adalah salah satu kegiatan pelengkap, penyeimbang dalam ritme kehidupan. Penyeimbang yang mewaraskan 😄.
Seperti pada saya, ada satu hal lagi selain menulis yang kerap saya lakukan dan telah menjadi kebutuhan rutin harian. Saat saya tidak melakukannya, saya merasa jauh lebih sesak -dibanding tidak menulis-, lebih emosional dan ciri-ciri gangguan ketidakwarasan lainnya. 🙈.
Sehingga bolehlah 'kewarasan' ini kita padankan dengan kata 'keseimbangan' 😎.
Yang pasti, di dalamnya, kalian dapat menemukan kebahagiaan 'ala diri sendiri' dan mendapatkan hasil penyegaran dan kenyamanan di dalamnya.
Kalian bisa memilih, menetapkan dan punya gaya sendiri soal me time atau boleh disebut dengan waktu untuk memanjakan diri sendiri ini.
Saya tidak akan menuliskannya kembali panjang lebar, karena sahabat saya di Blogger Muslimah Sisterhood, Mbak Sri Alhidayati telah bersedia merangkumkannya di sini:
7 Bentuk Me Time Ibu Muda Agar Tetap Bisa Produktif
Kalian bisa menemukan beberapa wujud me time yang bisa dilakukan ala ibu muda di dalam artikel tersebut. ☺
Selamat berlibur, dan selamat bersenang-senang dengan diri sendiri 😉
Tetap waras dengan me time yaa 😘😘
Sebelumnya saya juga sudah berupaya mengumpulkan beberapa definisi me time kemudian mencatatnya dalam lembaran kertas, kemudian kertas tersebut terselip entah di mana ðŸ˜ðŸ˜. Yang saya ingat, me time didefinisikan sebagai waktu untuk sendiri, tanpa ada orang lain.
Saya tertarik membahas definisi tersebut karena, errr.. karena menurut saya ada sedikit kejanggalan dalam definisi tersebut. Pertanyaan seperti,
"Benarkah dengan tanpa kehadiran orang lain, kebutuhan akan diri sendiri akan terpenuhi?"
"Benarkah me time hanyalah tentang diri sendiri?"
"apakah me time yang berkecukupan akan benar-benar menjadikan kita memiliki kendali penuh atas hidup kita, dan kita terbebas dari ketidakwarasan?"
"Lalu apa itu ketidakwarasan? Apa?"
Kemudian saya membandingkannya dengan apa yang selama ini saya lakukan agar tetap berada dalam jalur 'kewarasan' versi saya. Salah satunya ialah dengan menulis di blog. Blog semacam menjadi wadah pemenuhan jiwa di mana saya bebas menumpahkan apapun yang ingin saya tumpahkan, tanpa tekanan, tanpa paksaan dan tanpa memikirkan banyak hal -termasuk- kepopuleran. Meskipun sesekali saya melenceng dengan berharap suatu saat bisa mendapat satu juta post view misalnya 😜
Tapi sungguh, blog ini benar-benar menjadi semacam pelepas dahaga bagi saya, dan selalu mampu menjadikan saya bahagia setelahnya. Ini terapi kejiwaan yang saya rasa sangat efektif dan berpengaruh dalam kehidupan saya.
Dada saya sesak dan selalu ada yang terasa kurang saat saya lama tidak menulis di sini. Tetapi poin pentingnya adalah:
S A Y A M E R A S A B A H A G I A itu!!!
Karena itu, semenjak proyek menulis buku dua bulan lalu, dengan hasil yang tidak cukup memuaskan: ditolak penerbit dan harus rombak total. 😅. Saya sampaikan kepada patner menulis saya, bahwa dengan ini saya menyatakan belum bisa menulis buku lagi. 😀.
Saya katakan dengan jujur kepadanya bahwa saya merasa tidak bahagia dengan menulis buku. Saya merasa tertekan, dan tidak menikmati apa yang saya lakukan. Saya juga merasa tidak bisa mengimbangi ritme kerja penulis. Barangkali, karena tidak ada rasa nikmat di dalamnya. Tidak ada kebahagiaan di dalam prosesnya. Saya sampaikan kepadanya, bahwa hidup saya saat ini sederhana; dan saya ingin menyederhanakannya. Saya tidak ingin lagi mengejar sesuatu yang sejatinya 'bukan diri saya'. Saya ingin bahagia dalam kehidupan di dunia. Saya ingin menikmati setiap jengkal kehidupan yang Tuhan titipkan dengan perasaan nyaman. Saya tidak ingin lagi berpura-pura, dan terlalu banyak menatap kepada kesuksesan orang lain.
Saya adalah dengan hidup saya. Orang lain, mereka hidup dengan kehidupan mereka. Saya dengan tingkat pencapaian saya, orang lain, berada dengan pencapaian mereka masing-masing. Tidak pernah bisa disandingkan, apalagi dibanding-bandingkan.
Saya juga tidak begitu 'ngoyo' menulis di media, karena saya merasa lebih bahagia jika dapat menulis secara ekslusif di blog saya sendiri. 😊. Kebahagiaan yang, indah. Kepuasan yang tidak dapat dijelaskan secara gamblang dengan kata-kata.
Tetapi semua itu tentang diri saya sendiri. Mengenai kebahagiaan saya sendiri dan pemenuhan atas diri saya sendiri. ☺
Selebihnya, kebahagiaan saya ialah jika kemudian tulisan-tulisan yang saya bagikan di blog ini memiliki nilai manfaat dan memberikan sepercik kebahagiaan untuk orang lain. Itu nilainya jaaaauuuuh lebih membahagiakan.
Karenanya me time saya anggap tidak lagi hanya soal 'diri sendiri', tetapi juga untuk orang lain dan kebahagiaan yang lainnya.
Saat saya membaca buku, kemudian saya dapati ada sesuatu yang baik dan menyentuh, saya menuliskannya agar orang lain juga saya harap mampu merasakan manfaatnya. Dan saat saya mendapatkan feed back dengan wujud kecil saja, saya merasakan kebahagiaan yang berlipat ganda dari sebelumnya.
Saat saya memiliki pengalaman, mendengarkan sesuatu, mendapatkan hal baru, saya menuliskannya dengan harapan orang lain pun dapat memetik pelajaran dari baliknya. Dan entah, setelahnya, saya mendapati hati saya terasa jauh lebih nyaman dan bahagia.
Ah, kenapa saya jadi ngalor ngidul kemana-mana begini ngomongnya? 😂.
Baiklah, kembali kepada Tetap Waras Dengan Me Time.
Me time ini sejatinya adalah kebutuhan setiap individu. Menilik pernyataan dari Rasulullah bahwa setiap bagian tubuh memiliki haknya. Ada hak untuk istirahat, ada hak untuk bekerja, ada hak untuk bersosialisasi, ada hak untuk memanjakan diri.
Masing-masing memiliki porsinya. Semua wajib terpenuhi karena itu semua adalah kebutuhan. Akan pincang jika satu saja tidak tertunaikan.
Jadi, me time memang bukanlah satu-satunya faktor penentu kebahagiaan. Tetapi, me time adalah salah satu kegiatan pelengkap, penyeimbang dalam ritme kehidupan. Penyeimbang yang mewaraskan 😄.
Seperti pada saya, ada satu hal lagi selain menulis yang kerap saya lakukan dan telah menjadi kebutuhan rutin harian. Saat saya tidak melakukannya, saya merasa jauh lebih sesak -dibanding tidak menulis-, lebih emosional dan ciri-ciri gangguan ketidakwarasan lainnya. 🙈.
Sehingga bolehlah 'kewarasan' ini kita padankan dengan kata 'keseimbangan' 😎.
Yang pasti, di dalamnya, kalian dapat menemukan kebahagiaan 'ala diri sendiri' dan mendapatkan hasil penyegaran dan kenyamanan di dalamnya.
Kalian bisa memilih, menetapkan dan punya gaya sendiri soal me time atau boleh disebut dengan waktu untuk memanjakan diri sendiri ini.
Saya tidak akan menuliskannya kembali panjang lebar, karena sahabat saya di Blogger Muslimah Sisterhood, Mbak Sri Alhidayati telah bersedia merangkumkannya di sini:
7 Bentuk Me Time Ibu Muda Agar Tetap Bisa Produktif
Kalian bisa menemukan beberapa wujud me time yang bisa dilakukan ala ibu muda di dalam artikel tersebut. ☺
Selamat berlibur, dan selamat bersenang-senang dengan diri sendiri 😉
Tetap waras dengan me time yaa 😘😘