Alhamdulillah, luar biasa kasih sayang Allah yang telah menyampaikan usia kita bertemu hari Arafah dan menikmati kebesaran idul adha.
Alhamdulillah, dengan terus belajar, inshaAllah kita akan sampai pada masa di mana berkurban menjadi amalan yang dirindukan, petikan hikmah yang dinantikan. Mudah-mudahan kita dapat belajar dengan baik makna pengorbanan, keikhlasan dan kesabaran dari bapak para anbiya, Ibrahim a.s. Amin.
Sepekan awal Dzulhijjah ini keadaan saya agak kurang sehat sebenarnya, tadinya ingin berbagi mengenai keutamaan bulan Dzulhijjah dan persiapan idul adha, tetapi belum kesampaian rupanya. Baru kesampaian bikin kuis-kuisan ringan. :)
Oh ya bagi yang sudah ikutan kuis, inshaAllah besok pengumumannya ya. Mudah-mudahan tidak ada halang rintang. Pantengin terus blognya, pengumuman akan diposting di blog ini. :D
Mendekati hari Ied, alhamdulillah kondisi agak membaik. Jadi saya bisa posting yang ringan-ringan seperti kali ini. :). Kebetulan suami request pengen makan buras dan teman-temannya plus kue-kuenya. Jadi, ahad kemarin, saya penuhi masakan sesuai impian beliau. Kali ini alhamdulillah ada yang bantuin juga, yang bantuin udah expert, jadi sekalianlah saya belajar lagi biar layak uji bikin buras ini. Err... Karena buatan saya tahun kemarin belum sakseis baik dalam hal rasa maupun bentuk. :D :D
Buras ini kuliner khas dari Sulawesi. Penganan yang pasti ada saat hari-hari penting dan hari-hari besar terutama lebaran seperti ini. Rasanya ada yang kurang di lidah, kalau tidak ada buras. Seperti kitalah, kalau sudah terbiasa dimasakin macem-macem sama ibu di rumah saat hari raya, saat berjauhan pasti rindu berat inget masakan ibu. Begitu juga, saat suami sudah mulai ngucap pengen ini pengen itu, makanan seperti suasana rumah -bersama ibunya- itu tanda suami mulai merindui ibunya. Itu sebabnya belajar memasak makanan yang biasa dimasak ibu (mertua) menjadi penting yak. Sepenting menjaga hubungan baik mertua-menantu. Hal-hal ringan seperti memenuhi makanan favorit pasangan ini inshaAlllah akan menjadi bumbu cinta, pengerat rasa dalam hubungan juga. Apalagi kalau melihat pasangan kita makan lahap karena sesuai selera, masyaAllah nyess banget rasanya. Kalau kata teman saya sih, Kak Octa, Witing Tresno Jalaran Soko Kuliner :). Dari kuliner, turun ke hati.
Membuat buras ini sebenarnya tidak ribet, simpel dan praktis, yang bikin lama itu, bungkusinnya. Makanya, buat beginian -apalagi dalam jumlah banyak- sebaiknya rame-rame, biar gak terasa pegelnya. :D. Eh tapi, btw ini sayanya juga belajar ya, jadi yang saya tulis ini sebagai catatan belajar saya.
Bahan-bahan yang diperlukan (ini saya sesuaikan dengan yang saya buat ya. Nanti bisa disesuaikan).
- Beras 3 kg. Cuci bersih
- Daun pisang tua, daun pisang muda.
- Kelapa tua 3 buah. Ambil santannya. Panaskan air, dan gunakan untuk memeras santan. Cara ini efektif untuk mengeluarkan santan kentalnya. Hasil santannya saya gunakan kira-kira 2/3 saja, sisanya saya gunakan untuk memasak yang lain.
- Daun pandan 7 lembar
- Garam secukupnya.
Siapkan daun pisang dengan dua ukuran berbeda |
1. Siapkan daun pisang dengan dua ukuran berbeda. Daun pisang tua dengan ukuran lebih besar, nanti digunakan sebagai pembungkus luar, daun pisang muda digunakan sebagai penbungkus dalam. Jika tidak mendapat daun pisang muda, nanti tingal gunting saja sesuaikan ukuran. Sebaiknya daun pisang dijemur dulu sebelum dipotong. Tapi berhubung cuaca mendung seharian kemarin, saya memotong daun terlebih dahulu kemudian mengukusnya sampai layu. Setelah itu, daun dibersihkan -dengan kain bersih-. Daun siap digunakan.
2. Siapkan kuali/wajan yang cukup menampung beras. Berhubung saya tidak memiliki kuali ukuran besar, saya menggunakan panci besar.
3. Didihkan air santan berikut daun pandan dan sedikit garam. Setelah mendidih, masukkan beras yang telah dicuci bersih.
4. Aduk nasi sampai air habis, jaga agar jangan sampai hangus.
5. Angkat. Simpel kan yaa? :)
6. Siapkan daun ukuran besar, dan daun ukuran kecil di atasnya. (Sampai pada tahap ini saya lupa memotret). Ambil nasi seukuran sendok makan atau lebih -sesuaikan saja-, dan bungkus persegi panjang. Lakukan sampai semua nasi terbungkus.
Nah, jadi mengikat buras ini harus benar-benar kuat, agar nantinya air rebusan tidak masuk ke dalam dan tidak membuat lembek burasnya.
8. Siapkan panci besar, susun buras, tambahkan air, masak 2-3 jam
Buras setelah matang |
Happy ied mubarak teman-teman. Semoga semua ibadah kurban kita diterima Allah. Amin ya rabb. :)
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
18 komentar
Kalau orang Cimahi mah buras teh ada isinya mba bisa isi sayuran kyk wortel atau isi oncom atau isi daging xixxi...
ReplyDeleteIya Mbak, ini buras juga ada temennya. Cuma belum diceritain aja. :D
DeleteHasilnya nanti jd semacam ketupat gitu bukan ya.....?
ReplyDeleteYa Mbak semacam ketupat, beda di rasa, rasanya lebih gurih.
DeleteKalo di tempatku, buras itu sama kayak lontong. Gak pake kelapa parut. Penasaran deh sama rasa buras yang di atas itu...
ReplyDeleteWah, baru tahu Mbak ada buras yang dibikin model begini tapi kayak lontong. Kalau ini rasanya gurih enak gitu Mbak. Di makan seperti lontong gitu, ada temennya.
DeleteDi Sunda jg ada buras, hampir mirip kayak gt. Tapi ngga pake santan.
ReplyDeleteMirip seperti yang diceritain Mbak Nia barusan ya Mbak Linda? Wah saya jadi dapat ilmu baru.
DeleteLeupeut mbak namanya kalau di Sunda hehehe
ReplyDeleteMakasih mbak share nya kapan-kapan mau coba ahh bikin Buras :D
Teteh saya tinggal di Makasar, suka cerita jajan ini hehehe
Ouh leupeut namanya. :D. Ya ya ya...
Deletedulu mama sering bgt bikin ini utk bekal kalo kita lg traveling keluar kota naik mobil... enaaaak bgt... walo mama bukan org makasar, tp besarnya di kota itu, makanya dia ngerti cara bikin buras ini... biasany aku makanin pake abon ato sambel roa mbak :D..
ReplyDeleteIya Mbak, biasanya ini sandingannya emang abon. Enak juga dimakan pake coto atau sop. Apa aja masuk mah ini buras yak.
DeleteWaktu tinggal di Palu hampir tiap hari makan buras. Enak!
ReplyDeletehihi, sampe bosan ya Mbak, :)
DeleteDi rumah biasanya bikin Lapa-lapa, Mama kayaknya lebih suka lapa-lapa dibanding buras, saya mah mana aja.. hihi..
ReplyDeleteKesamaan dari buras dan lapa-lapa adalah bikinnya puegell *malah tjurhat :D
Bikinnya emang kudu sekampuang yak, kudu banyak yang bantuin. Kudu seteroooong :)
Deletekalau ditempat kami ada pendap mba, tapi dari daun talas.. isinya ikan yang dibalut kelapa muda yang digiling enyaaakk
ReplyDeleteApaan itu Mbak? Baru denger tentang pendap *langsung googling
Delete