Tana Tidung. Photo by: Ilunk |
Bismillahirrohmanirrohim.
31 Mei 2016, rapat hari terakhir pelaksanaan Sensus Ekonomi 2016 diadakan. Hari yang cukup sibuk, sampai-sampai tidak ada satupun dari kami yang mengingat perihal konsumsi rapat. Pukul dua belas tepat, barulah seseorang dari kami mengingatkan.
31 Mei 2016, rapat hari terakhir pelaksanaan Sensus Ekonomi 2016 diadakan. Hari yang cukup sibuk, sampai-sampai tidak ada satupun dari kami yang mengingat perihal konsumsi rapat. Pukul dua belas tepat, barulah seseorang dari kami mengingatkan.
Baiklah,
pesanan pun mulai dihitung. Saya langsung angkat tangan dan memesan Pecel Lele.
Lele ini jenis komoditi yang jarang-jarang ada di sini. Jadi, sebagai pencinta
lele garis keras :p, mumpung sedang ada, dan mumpung sudah lamaaaaaaaaaa sekali
tidak makan lele. Saya memesan pecel lele. Lalu, lalu, jadi pada banyak yang
ikutan lah. :D. Karena makanan baru dipesan jam dua belas siang -meskipun saya
lagi ngidam berat dan sudah berkhayal membayangkan makan lele pedes-pedes endes dengan sambel- saya putuskan untuk makan siang di rumah saja, sayang makanan
yang sudah tersedia di rumah jadi tidak termakan. Selain itu, keburu jam
istirahat selesai, dan keburu kelaparan juga. :)
Begitu
saya kembali dari istirahat siang, saya langsung bersemangat mengambil
bungkusan konsumsi yang kebetulan
tinggal tiga.
“Loh,
lele saya mana? Kok ayam?”,
“Mbak
tadi pesen apa?”
“Lele
kan? Hayoooo siapa yang ambil lele saya? Hayooo siapa yang nuker nih? Aduh kecewa
saya”, mana bungkusan ayamnya sudah remek, sepertinya habis dibuka, dilihat isinya
lalu dibungkus lagi. :).
“Lah
terus pesenan Lelenya yang satu lagi mana? Masih ada dua nih yang belum dapet
lele”.
Yah,
gimana tidak kecewa. Lagi pengen-pengennya, udah bayangin gimana sedep
kriuk-kriuknya, ngebayangin nanti sore pulang kantor bisa makan lele ditemani
nasi hangat, ngebayangin sambel tomatnya. Nikmatnya!. Harapan sudah begitu
tinggi menjulang sampai ke langit Je...:D.
Tapi begitulah,
takdir. Iya, begitulah kalau Allah sudah berketetapan. Meski, perhitungan sudah
tepat, perencanaan sudah matang. Para pemesan lele sudah dihitung, jumlahnya
pas, sesuai. Kurir yang di utus untuk membeli juga sudah mengatakan,
“Iya
bener kok Mbak, tadi saya mesennya udah bener”.
Ya begitulah.
Urusan remeh temeh macam lele saja bisa meleset dari perkiraan. Apalagi
urusan-urusan besar dalam hidup. Mudah saja bagi Allah. Mudah saja. Jika Allah
berkehendak lain, jika Allah belum mengijinkan harapan mewujud menjadi
kenyataan, mudah saja bagi Allah.
Lalu
soal kecewa?
Nah ini,
ini yang menarik. :)
Kalau keadaan
saya sedang suntuk, lagi banyak kerjaan, iman menipis, tanggal tua lagi, maka
bentuk kekecewaan ini bisa panjang buntutnya..:p. Saya pasti sudah suudzon
level tinggi, curiga sama setiap orang, marah-marah, tidak terima. Cari tahu
siapa pelakunya! Meskipun nasi sudah menjadi bubur, eh lele sudah berubah
menjadi ayam, :p.
Tapi,
ini pasti berbeda, jika kacamata yang digunakan adalah kacamata positif. Kacamata
husnudzon. Iman lagi dalam kondisi bagus-bagusnya. :D.
“Yah,
gak papalah, besok juga sudah tanggal 1, sudah gajian, sebentar lagi juga
terima gaji 13, 14. Masih bisa beli lele lagi sendiri. ” Eaaaa.... kan enak
tuh. Hidup tentram, gak susah hati. Riang dan senang. Kan semua hal bisa
terjadi. Bisa saja salah hitung pesenan, bisa saja pemilik warung salah dengar,
bisa saja...bisa saja... banyak kemungkinan.
Jadi,
faktor kedekatan dengan Allah itu juga penting. Menjaga stabitilitas iman itu
juga penting. Biar gak gampang tersulut emosi, biar gak sedikit-sedikit kecewa
menerima kenyataan hidup, marah-marah, lalu mempertanyakan takdir.
“Kenapa
aku Tuhan?”
“Kenapa
aku yang terpilih menerima ujian ini?”
“Kenapa....
kenapa... kenapa?”.
Sebab,
manusia ini apa sih. Lemah dan tidak tahu apa-apa perihal hidup. Mana yang
baik, dan mana yang tidak baik untuk kehidupan di masa yang akan datang, kita
tidak tahu apa-apa. Nol besar.
Oh ya,
ada satu lagi yang penting.
Orang-orang
seperti ini pasti akan selalu ada di dunia ini. Catat ya!. :)
Orang-orang
yang hanya memikirkan dirinya sendiri, kepentingannya sendiri. Tidak peduli
meski harus merampas hak orang lain, yang penting hidupnya senang, yang penting
tujuannya tercapai, sukses.
Iya, sebut
saja oknum.
--Oknum yang diduga dengan sungguh
tega menukar pesenan lele saya--, ihihi. Gak tahu apa, saya lagi pengen-pengennya makan lele. :).
Tapi saya berbicara di luar konteks kelelean. :p.
Saya
berbicara dalam konteks yang lebih luas. Orang-orang seperti itu pasti selalu
ada. Mereka yang tidak pernah merasa bersalah mengambil jalan pintas
kesuksesan. Mereka yang merampas hak atau mungkin impian dan harapan orang lain
demi kepentingan pribadinya.
Jadi,
janganlah bersikap demikian itu kawan!
Karena
tidak jadi makan pecel lele di saat harapan sudah terlampau tinggi itu sakit,
Jenderal!. #eh, :D
Jadi, karena mereka-mereka sudah pasti ada, ya biasa saja, tetaplah melangkah dengan anggun. Jangan terlalu diambil pusing, cukup jadikan pelajaran, bahwa kita tidak perlu bersikap seperti mereka. Pastikan kita bisa menjadi sebaik-baik jalan untuk kesuksesan orang lain, lalu menjadi bagian dalam tawa kebahagiaan kesuksesan orang lain. Menjadi orang yang menyenangkan, punya banyak teman, dan punya kebermanfaatan.
Sungguh, kebaikan itu akan kembali. Esok, pasti, entah dengan cara bagaimana, kebaikan yang dahulu pernah kita tanam, akan datang kembali, memeluk kita.
Jadi, karena mereka-mereka sudah pasti ada, ya biasa saja, tetaplah melangkah dengan anggun. Jangan terlalu diambil pusing, cukup jadikan pelajaran, bahwa kita tidak perlu bersikap seperti mereka. Pastikan kita bisa menjadi sebaik-baik jalan untuk kesuksesan orang lain, lalu menjadi bagian dalam tawa kebahagiaan kesuksesan orang lain. Menjadi orang yang menyenangkan, punya banyak teman, dan punya kebermanfaatan.
Sungguh, kebaikan itu akan kembali. Esok, pasti, entah dengan cara bagaimana, kebaikan yang dahulu pernah kita tanam, akan datang kembali, memeluk kita.
Nah,
soalan kecewa saat sesuatu yang kita impikan tak bersesuaian dengan kenyataan,
itu reaksi lumrah, biasa saja. Yang tidak lumrah jika sampai kecewa itu
mengendap, jadi bulan-bulanan. Lalu marah, sampai mempertanyakan eksistensi
Tuhan.
Terima,
bersabarlah, sebab hikmah pasti datang belakangan.
-Karena
kalau hikmah datang duluan, itu namanya pendaftaran, :p.-
Bahwa menjalani hidup ini sesungguhnya mudah saja,
ringan saja,
pahami, bahwa segala sesuatu tidak akan terjadi,
kecuali dengan seizin-Nya.
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
2 komentar
Aku jadi ingat Rin, pernah ada yang mengambil botol aquaku, masih utuh di meja, agak kesel dan kecewa kok mau ngambil gak ngomong tapi sambil ngucap juga. Eh gak lama bos datang dan ngaku kalau beliau yang ngambil hihihi malu aku. Saat itu aku emang lagi capek habis mewawancarai 20 calon petugas dan berujung pada insiden tersebut.
ReplyDeleteHi..Wida:). Aku lupa mau bales2 ini. Kadang ya meski kita anggap remeh ternyata buat orang lain berharga ya...
Delete