"Cih, maaf lah ya, kalau universitas selevel ini, aku sih gak sudi, gak kualitas", Once (nama samaran) sahabat kami, ah bukan... bukan... tak sudi kami menyebut Once ini sebagai sahabat, dia ini adik kelas kami. Kebetulan, kami satu tim mewakili sekolah untuk pelombaan debat bahasa inggris tingkat provinsi. Tidak satupun dari kami (waktu itu kami bertiga, berempat dengan Once), yang menyangka saat kami melewati universitas negeri yang memang levelnya masih cukup kalah populerlah dibanding ITB atau UI, dia akan berbalik, membuang muka, lantas berkata demikian.
Ish, pengen juga jitak kepala ni anak, eh eh, masih dengan lagak belagunya, dia masih sempet-sempetnya nambahin,
"Kalau aku ya, levelku tuh sekelas oxford",
Siapa juga yang nanya? Siapa juga yang pengen tahu? Siang itu kami bertiga -para kakak kelasnya- dengan istilah sedikit jahat mem-bully-nya tanpa ampun, haha. Bukan dengan adu jotos, secara kami bertiga trio macan, ups, semuanya perempuan, kalau adu jotos sama anak lelaki berbadan tinggi besar macam Once sudah pasti KO duluan.
"Demi Tuhaaaaaan!!", sambil gebrak-gebrak pintu angkot.
Gak ah, itu gaya marah yang norak,
"Awas kamu ya, kalau kami nanti lihat wajah kamu ini masih berkeliaran di Kaltim"
"Oke, fine. Pokoknya aku gak sudi kuliah di sini, cih. Kita buktikan aja nanti. Kalau kalian mau ya terserah, itu memang kelas kalian, hehe -tertawa menyeringai-".
Ih ini anak! Beneran buat mendidih kepala. Sombong tingkat dewa. Siang terik kala itu, kami bertiga sepakat untuk komat-kamit nyumpahin ni anak, supaya dia bener-bener terjerembap -sesuai istilah yang dia buat- di kampus ini. Meski sayangnya, bertahun-tahun kemudian, kata-katanya memang terbukti, dia memang tidak jadi kuliah di oxford, syukurlah. Tapi dia juga tidak pernah kuliah di kampus yang kami lewati siang itu. Mungkin juga, sengaja menghindar agar tidak kalah taruhan, hehe.
Once termasuk anak pintar di sekolah kami, tapi sangat amat tidak populer. Kepintarannya berbanding terbalik dengan sikapnya. Oke, mungkin dia memang pintar, sampai mewakili sekolah kami untuk program pertukaran pelajar, kalau tidak salah ke Amerika atau negeri apa ya, saya tidak ingat. Peduli pada hal apapun yang melekat pada diri Once adalah bencana. Seperti waktu kami menyambut kedatangannya dengan antusias, sepulang dari program pertukaran pelajar itu. Baiklah, saya akui dia cukup populer, waktu itu saya kira dia sudah cukup berubah, rupanya semakin besarlah kepalanya, gaya bicaranya, dan bagaimana cara dia berbicara dengan kami, dengan gaya khasnya yang selalu merendahkan orang lain, seolah hanya dia alien terhebat di muka bumi ini. Sampai bualan dia, tentang kedekatannya dengan seorang gadis Cina atau Korea ya -siapa yang peduli-, benar-benar membuat ilfiil. Sejak itu, saya jadi malas berteman dengannya lagi. Bicara pada orang yang hampir selalu menyakiti hati, dan membuat jengkel ini, terasa sangat amat membosankan. Biarlah, Once dengan dunianya, kami dengan dunia kami.
"Dan hamba-hamba Rabb Yang Maha Pemurah itu ialah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan" Q.S Al-Furqan: 63.
Ini adalah sifat hamba-hamba Allah yang beriman. Sesuai dengan firman Allah di suroh Luqman; 18, "dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh". Mereka adalah orang-orang yang berjalan tanpa kesombongan, tanpa keangkuhan, tanpa kekerasan, dan tanpa kekejaman.
Jika orang-orang jahil mengumpat mereka dengan ucapan yang buruk, mereka tidak membalasnya dengan ucapan yang buruk pula, akan tetapi mereka memaafkan, membiarkan dan tidak membalas melainkan dengan perkataan yang baik. Sebagaimana Rasulullah tidak membalas perbuatan jahil mereka melainkan dengan kesabaran dan lemah lembut. Mujahid berkata: "qoolu salama" yakni mereka menguapkan kebenaran. (Tafsir Ibnu Katsir).
"Hai Once!", -sambil lambai-lambai-.
"Siapa ya? siapa?"
"Ya kamu, kamu.. iya itu kamu kan, Once?"
Saya tidak sedang membual tentang Once. Dia memang teman saya, teman satu sekolah waktu SMA. "Ada ya, manusia seperti itu?"
Iya, ternyata ada, dan saya sudah pernah mengalaminya. Tetapi jangan salah, ada baiknya kita berkaca. Mungkin tanpa kita sadari, kita sering berperilaku seperti Once. Sombong level dewa!, sombong gak ketulungan. Merasa sok, lupa bahwa sebagai manusia, dibandingkan alam semesta, kita tidak ada apa-apanya, kecil sekali seperti semut. Mengaku beriman, tetapi jauh sekali dari sifat orang-orang beriman. Naudzubillah min dzalik.
Nah, yang ini pesan khusus buat saya -mengingat peristiwa bully itu-, juga buat siapa saja yang hobi membalas hujatan, membalas cacian, membalas makian, bahwa ternyata yang paling terbaik saat mendapatkan umpatan dari orang-orang jahil adalah dengan memaafkan, membiarkan dan tidak membalas melainkan dengan perkataan yang baik. Sudahlah, tidak perlu sampai marah-marah, apalagi gebrak-gebrak meja, di depan kamera, cukuplah dengan perkataan yang baik, kesabaran dan lemah lembut.
Wallohu a'lam bish showab.
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
5 komentar
pesannya nyampe,,,naudzubillahi mindzalik
ReplyDeletesalam kenal^^
@HM Zwan:Iya Mbak, salam kenal kembali, semangat maju sampe 10 besar Srikandi Blogger ye Mak,, :)
ReplyDeleteastagfirullah..sampe gebrak2 pintu angkot segala.
ReplyDeletesmoga kita bisa mjdi pribadi yg pandai mengelola emosi ya mbak.
trmasuk ketika menghadapi hal2 menyebalkan seperti di atas :-D
semangat maju tuk srikandi bloggernya.,
@Ina Rakhmawati: Gak sampai gebrak pintu angkot Mbak, itu kan cuma ilustrasi. Btw Mbak, saya bukan nominasi Srikandi Blogger 2014,, :)
ReplyDeleteApapun yang terjadi harus tetap semangat mbak :D hehe
ReplyDelete