38. (Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain
39. Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah
diusahakannya
40. Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya)
41. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan
yang paling sempurna
(Quran Suroh An-Najm: 38-40)
Di dalam tafsir Ibnu
Katsir, bahasan ini dimulai dari ayat 33, dimana Allah berfirman, mencela
orang-orang yang berpaling dari ketaatan kepada-Nya, “Maka, apakah kamu melihat
orang yang berpaling (dari Al-Quran)? Serta memberi sedikit dan tidak mau memberi
lagi?” Q.S An-Najm 33-34. Ibnu Abbas mengatakan: “Taat sebentar dan kemudian
berhenti lagi.” Demikian pula yang dikemukakan oleh Mujahid, Sa’id bin Jubair,
Ikrimah, Qatadah, dan lain-lain. Ikrimah dan Said mengemukakan: “Seperti suatu
kaum, jika mereka menggali sumur dan ketika penggalian itu mereka menemukan
batu besar yang menghalangi untuk menyelesaikan penggalian tersebut, lalu mereka
berkata: “Sampai disini saja”, kemudian mereka tidak melanjutkan penggalian.
Mungkin diantara kita pernah mendapatkan
sebuah pertanyaan, atau barangkali kita pernah bertanya, kepada orang yang kita
anggap cukup sukses di bidangnya, mengenai apa trik, resep dan kiat khusus yang
mereka gunakan sehingga mereka menjadi berhasil. Kita seringkali terpukau
dengan hasilnya, tetapi pedulikah kita bagaimana ia menjalani prosesnya? Barangkali tidak!, perjuangan yang berat, upaya yang
keras, usaha yang tak kenal lelah, acapkali luput dari pandangan kita.
Menyaksikan kehidupan artis yang serba wah, glamour dan terkenal, sepertinya cukup menggiurkan, tetapi dibalik itu semua, tak pernah kita bayangkan bagaimana perjuangannya meniti tangga kesuksesan tersebut.
Lucunya! Kita seringkali menginginkan sebuah kesuksesan yang instan, nyaris tanpa proses. Bertahun-tahun, hidup dalam resolusi yang berulang. Sebagian kita ada yang menginginkan mendekatkan diri melalui Al-Quran, membacanya, menghafalkannya, mengamalkannya. Tetapi, saat ada sedikit aral, hambatan, ujian, pantangan, keinginan itu surut, menyusut, lalu dilupakan. Betapa sering kita mendengar, suara-suara tanya, bagaimana caranya ini? bagaimana caranya itu? tetapi setelah diberi penjelasan, “lakukan saja”, “coba saja”, “belajar saja dahulu”, keinginan itu tiba-tiba menguap.
Menyaksikan kehidupan artis yang serba wah, glamour dan terkenal, sepertinya cukup menggiurkan, tetapi dibalik itu semua, tak pernah kita bayangkan bagaimana perjuangannya meniti tangga kesuksesan tersebut.
Lucunya! Kita seringkali menginginkan sebuah kesuksesan yang instan, nyaris tanpa proses. Bertahun-tahun, hidup dalam resolusi yang berulang. Sebagian kita ada yang menginginkan mendekatkan diri melalui Al-Quran, membacanya, menghafalkannya, mengamalkannya. Tetapi, saat ada sedikit aral, hambatan, ujian, pantangan, keinginan itu surut, menyusut, lalu dilupakan. Betapa sering kita mendengar, suara-suara tanya, bagaimana caranya ini? bagaimana caranya itu? tetapi setelah diberi penjelasan, “lakukan saja”, “coba saja”, “belajar saja dahulu”, keinginan itu tiba-tiba menguap.
Lalu,
tiba-tiba kita menginginkan surga?
Tanpa
ketaatan?
Kita
menginginkan tempat kembali yang baik, karena kita percaya akan adanya hari
pembalasan. Kita percaya akan adanya surga dan neraka, tetapi itu hanya
dijadikan sebagai bahan lelucon, cerita menjelang tidur, atau hanya bagaikan
angin, sesaat berhembus-sesaat pergi.
Cukupkah
kepercayaan kita?
Cukup sampai
kita percaya, lalu berbuat sekehendaknya. Kita percaya akan adanya ajal, kita
percaya akan adanya surga, akan adanya neraka, tetapi tidak pernah
mempersiapkan bekal,
Dan tanpa kita sadari,
Kita hanya
hidup dalam buaian mimpi.
Dan bahwasanya, seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang
diusahakannya. Maksudnya, sebagaimana dosa orang lain yang tidak akan
dibebankan kepadanya, maka demikian pula ia tidak akan mendapatkan pahala
melainkan dari apa yang telah diusahakannya sendiri.
Dari ayat ini pulalah Iman Syafii rohimahulloh dan pengikutnya menyimpulkan
bahwa pengiriman pahala bacaan Al-Quran tidak akan sampai kepada orang yang
sudah meninggal dunia, karena bacaan itu bukan amal dan usaha mereka. Oleh
karena itu, Rasulullah S.A.W tidak pernah mensunnahkan dan memerintahkan
umatnya untuk melakukan hal tersebut. Selain itu, beliau juga tidak membimbing
umatnya berbuat demikian, baik dalam bentuk nash maupun melalui isyarat. Dan
perbuatan itu juga tidak pernah dinukil dari para sahabat. Sekiranya hal itu
merupakan suatu hal yang baik, niscaya mereka akan mendahului kita semua dalam mengamalkannya.
Dan cara-cara mendekatkan diri kepada Allah harus didasarkan pada nash-nash,
tidak boleh didasarkan pada berbagai qiyas dan pendapat semata. Sedangkan doa
dan amal jariyah sudah menjadi kesepakatan para ulama dan ketetapan nash
syariat bahwa hal itu akan sampai kepada si mayit.
Dari Abu Hurairah ra,
ia berkata bahwa Rosululloh SAW bersabda:
“Jika seseorang wafat, maka terputuslah
semua amalnya, kecuali tiga perkara, yakni: anak sholih yang mendoakannya,
shodaqoh jariyah setelahnya, dan ilmu yang bermanfaat.” (HR. Muslim).
Ketiga perkara tersebut pada hakikatnya
merupakan usaha dan kerja kerasnya semasa hidup, sebagaimana yang disebutkan
dalam sebuah hadits: “Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang
(makanan yang) berasal dari hasil usahanya, dan sesungguhnya anaknya itu
termasuk dari hasil usahanya” HR. An-Nasa’I di kitab al-Buyuu’, Ahmad dan Ibnu
Majah.
Dan cara-cara
mendekatkan diri kepada Allah harus didasarkan pada nash-nash, tidak boleh
didasarkan pada berbagai qiyas dan pendapat semata.
Membaca satu
paragraph tersebut, mengingatkan saya akan beberapa poin penting yang sedang
ramai dibicarakan kawan-kawan sesama anggota odoj. Adik saya, bahkan beberapa
kali mengirim pesan khusus menanyakan beberapa hal yang agaknya cukup
mengganggu.
Ini bukan soal odojnya sendiri, tetapi lebih ke mekanisme peraturan odoj, dalam hal ini yang masih menjadi bahan diskusi adalah tentang sistem lelang juz dan adanya anggapan khatam grup. Saya pun agak sedikit ragu dengan kedua hal tersebut, tetapi karena saya pun masih terlalu awam ilmu, dan tidak mendapatkan informasi yang cukup berimbang dari para pendiri odoj, maka cukuplah saya mendengarkan pandangan dari para ahli ilmu bahwa hal demikian tidak syar'i, tidak sesuai kebiasaan ulama dan di luar kaidah. Tidak ada yang namanya khatam grup, mungkin bahasa yang lebih tepat untuk menyatakan itu adalah kholas.
Dari membaca tafsir ini, saya menjadi lebih yakin, bahwasanya memang perlu kehati-hatian bagi tiap-tiap kita mengenai perkara cara mendekatkan diri kepada Allah, dan hendaknya memiliki kapasitas ilmu untuk itu.
Ini bukan soal odojnya sendiri, tetapi lebih ke mekanisme peraturan odoj, dalam hal ini yang masih menjadi bahan diskusi adalah tentang sistem lelang juz dan adanya anggapan khatam grup. Saya pun agak sedikit ragu dengan kedua hal tersebut, tetapi karena saya pun masih terlalu awam ilmu, dan tidak mendapatkan informasi yang cukup berimbang dari para pendiri odoj, maka cukuplah saya mendengarkan pandangan dari para ahli ilmu bahwa hal demikian tidak syar'i, tidak sesuai kebiasaan ulama dan di luar kaidah. Tidak ada yang namanya khatam grup, mungkin bahasa yang lebih tepat untuk menyatakan itu adalah kholas.
Dari membaca tafsir ini, saya menjadi lebih yakin, bahwasanya memang perlu kehati-hatian bagi tiap-tiap kita mengenai perkara cara mendekatkan diri kepada Allah, dan hendaknya memiliki kapasitas ilmu untuk itu.
“Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya)”, yakni pada hari Kiamat kelak. Maksudnya, Allah akan
memberitahukan (amal) sekaligus memberikan balasan atasnya dengan sepenuhnya.
Jika berupa kebaikan, maka akan dibalas dengan kebaikan, dan jika berupa
keburukan, maka akan dibalas pula dengan keburukan.
Wallohu a’lam bis showab
Sumber:
Al-Quranul Karim
Tafsir Ibnu Katsir jilid 9 , 2011, Jakarta: Pustaka Imam Syafii.
Catatan: Tulisan berwarna saya kutip langsung dari tafsir Ibnu Katsir.
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
0 komentar