Apa kita pernah bertemu, sebelum ini?
Lalu doamu, membuatnya kembali
Memantul ke bumi
“Tolong ya, teman-teman semuanya, diminta tanda tangani ini, kalau bisa hari ini serahkan kembali ke saya”
Saya ingat, itu di tahun ketiga masa kuliah. Untuk pertamakalinya [barangkali] kita benar-benar bertemu, dan bercakap. Waktu seakan berhenti berputar, beberapa menit, oh-tidak! Mungkin beberapa detik, hingga saya menggebrak meja (saya benar-benar galak waktu itu!),
Satu yang pasti, saat putaran waktu berhenti itu,
“Astaga! Saya tidak akan mau menikah dengan orang seperti Dia”
Itulah… itulah yang ada difikiranku.
***
Tidak tahu dengan alasan apa, sepertinya tidak ada satu alasan yang layak membuat saya berfikir dan berdoa sejauh itu. Reflek, ucapan di dalam hati itu, tiba-tiba saja terucap. Kenapa pula, tiba-tiba saya berfikir tentang pernikahan? Sampai berfikir tidak akan pernah mau menikah dengan orang seperti Dia? Wallohua’lam.Kami melakukan banyak sandiwara!, sesekali saya sutradaranya, sesekali ia sutradaranya.
“pegang saja tanganku”,
“ya, udah peluk aja kalau gitu” haha, itu sandiwara saat foto bersama para tamu undangan di acara resepsi.
“Lho, pengantin baru, kok makannya sendiri-sendiri?”, hampir keselek waktu tiba-tiba kami dikagetkan dengan ucapan seperti itu.
“Kamu panggil aku ‘yang’, aku panggil kamu ‘say’ ya”
“Gak ah, aku kan belum sayang sama kamu”, dooohai,, #tepokjidat
“Gak ah, memangnya aku bundamu?”
“Okeh, sepakat!”, #jabat tangan plus tanda tangan memorandum dulu,,,qiqiqi
Ahahai, padahal aslinya, kalau berdua saja, waktu itu kami saling memanggil dengan sebutan
“Hei,, hei kamu”, macam memanggil penjaja gorengan saja.
Bukan hanya dari perkenalan,
Atau sekedar witing tresno jalaran soko kulino,
Tetapi karena kita mengusahakannya!
Cinta itu upaya…
Dalam seucap katamu,
Aku terpesona,
Yup, suaranya lebih cempreng dari Rhoma Irama, sama sekali tidak mirip!, tapi saya tahu, saya menyukainya. Ada muara ketegasan disana, ada hal lain yang cukup memikat di dalamnya, dari itu saya tahu, bahwa ia seorang yang ‘hidup’. Hidup dalam artian bukan sekedar ‘hidup’, ia penggenggam visi, sekaligus penggerak misi. Ah, saya tidak bisa menceritakan lebih detail, yang pasti, ia adalah seseorang yang begitu sejuk buat saya, menenangkan hati, bahkan di saat saya baru mendapatkan kabar kedatangannya.
Yang jatuh,
Mengenai ubun-ubunku,
“Ada seseorang yang hendak bertaaruf denganmu”, rasanya hati saya seketika menjadi tenang, seperti sedang berada di bawah guyuran air terjun, sejuk.
Saya akhirnya mengangguk, tanda setuju. Tidak seperti biasanya, yang langsung antipati dan menolak, kalau sudah tidak sesuai dengan kriteria.
“Baiklah, saya coba”
Jikalau Allah telah berkenan,
Kun fayakun!
“Bagaimana, sudah punya calon?”,
Padahal pertanyaan ini sudah ditanyakan beberapa waktu sebelumnya, dan sudah dijawab “saya masih belum siap menikah Ustadz, in sha Allah, target dua tahun lagi”.
Entah apakah sang Ustadz lupa atau hanya sekedar bercanda, bertanya kembali seperti itu.
“In sha Allah Ustad”
“Yang mana itu?”, kalau bisa saya bantu proseskan.
Dia, masih dengan gugup, membolak-balik buku angkatan, lalu menunjukkan foto seorang perempuan, dengan pasti,
“yang ini”.
“Baiklah, saya coba”, meski saya sudah diberitahu bahwa ia masih satu almamater dengan saya. Meski saya, juga benar-benar tidak tahu siapakah dia yang dimaksud.
Mengecat rumah ternyata bisa menjadi hal yang menyenangkan untuk dikerjakan bersama (#curhat,,, haha),
Duduk bersama di pinggiran sungai, memandangi bintang dan rembulan, di tengah malam, Atau sekedar berkeliling dengan motor (itu juga hal-hal romantis yang hemaaaattt kawan-kawan! dan asyik-mengasyikkan). Saya tidak akan menyarankan untuk pergi ke bioskop, candle light dinner atau semacam itu, sebab di tempat saya, semua fasilitas itu tidak ada, disini masih alami (baca:hutan belantara), hehe.
Genggaman jemari kami,
Akan semakin lebih erat,
Wallohu a’lam bish showab
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
6 komentar
Suka, suka sekali. Inilah perjalanan terindah, hihiii Mba, arungan waktu lima tahun... sama denganku juga.
ReplyDelete@Astin Astanti: iya,, kita sama-sama ikutan GA ini yak,,, :). Okeh,, saya ke tkp Mbak dulu ----> hihi
ReplyDeleteusia 5 tahun, sedang imut-imutnya :)
ReplyDeleteSemoga langgeng selalu yaaa ..
@Lianny Hendrawati:, iya Mbak Lianny,, masih imut-imut nih,,, amin.. terimakasih doanya,,,:)
ReplyDeleteCeritanya membuat saya larut. Terimakasih sudah berbagi ya :-)
ReplyDelete@Leyla Hana Menulis: iya Mbak, semoga Mbak Leyla juga larut untuk memilih dan memenangkan saya, :)
ReplyDelete