Bayi lelaki itu merangkak mendekatiku.
Dia berhenti di beberapa langkah dari tempatku berdiri. Pandangan kami
beradu. Kurasakan kedua matanya seperti sebilah pedang yang
mengoyak-ngoyak pikiranku dan meminta pertanggungjawaban atas apa yang
telah kulakukan.
"Ah, biar sajalah, peduli amat, sekali-kali ini", batinku dalam hati.
Aku kembali sibuk menyibak tempat penggantungan pakaian, mencari celah diantara belasan jenis blazer dan pakaian khusus kerja. Setelah memasukkan satu buah blazer merah marun yang baru saja ku setrika, pandanganku tiba-tiba tertuju kepada si blazer hitam dengan padanan rok panjang yang anggun.
"Hmm... sepertinya ini cocok, apalagi kalau pakai ini", aku mengeluarkan sebuah kacamata riben berwarna hitam, hadiah ulang tahun dari Pak Aden bulan lalu.
"Ijah... Ijah... Reno nangis nih... tolong bikinin susunya... sebentar lagi ibu ada meeting penting", aku berteriak kencang, sembari menempelkan blazer hitam ke badan, berjalan menuju meja rias.
"Ijah...! lelet banget kamu", aku mendengus kesal sambil menggendong bayi Reno yang tangisnya makin kencang ke dalam box. Soal susu, masih bisa nanti, sepertinya, aku harus memikirkan gaya rambut yang cocok untuk pakaian seformal ini, sanggul kartini, gelung anti tornado, atau...
"Ijah! apa-apaan kamu!", sontak aku berbalik,
"Nyo...nya.. belum berangkat?", persendianku lemas seketika, dengan sigap segera ku bereskan pakaian Nyonya dan berlari menuju dapur untuk membuat susu.
#203 kata Tulisan ini dibuat untuk Monday Flash Fiction, Prompt #32 Sinar Matanya
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
12 komentar
Ijah sedeng,he he.
ReplyDelete@ Dian Farida: hehe, iseng dia Mbak,, salam kenal ya...:)
ReplyDeleteLucu juga ceritanya....sempet bingung...asli bingung...
ReplyDelete"jadi kalau nyonya ga ada, ini yang kamu perbuat, Ijah?"
ReplyDeleteHahay, nice FF, Mbak. Itu ada kata yg tdk perlu dicantumkan alias dobel. *soktoy saya* hehe
salam kenal, Mak ^^
@menujumadani: terimakasih sempat mampir dan membaca ya... ^^
ReplyDelete@E. Novia: Terimakasih Mbak Novia, kata mana yang dobel Mbak? kali aja bisa diperbaiki... :)
ReplyDeletewaduh... gimana sih IJAH ini... :D
ReplyDelete@jampang: :)
ReplyDeletehahaa..keren idenya mbak, eksekusinya juga manis.. salam kenal yaa
ReplyDeleteIdenya bagus :)))
ReplyDeleteCuma, kok ya berani-beraninya ya.. Padahal kan majikan masih di rumah. Terlalu berani kalo menurutku ;)
@Red Carra:wuaa... ada Mbak Carra, terimakasih ya Mbak, :)
ReplyDeleteItu... dikira Ijah, Nyonya sudah berangkat,,,
@setelahjamlima: terimakasih,,, salam kenal kembali ya...^^
ReplyDelete