Rumah Bayang-bayang, Sungai Sesayap |
*** Sungai Terpanjang
Sungai
Sesayap yang membelah Tideng Pale sebagai ibukota Kabupaten Tana Tidung,
termasuk juga dalam kelompok sungai terpanjang dan terbesar di Kalimantan Timur
yang melintasi dua wilayah (kabupaten Malinau dan Tana Tidung).
Bismillahirrohmanirrohim.
What
a wonderful day!. Cuaca cerah, matahari naik sepenggalah.
After break off writing, I decided to
take my pocket camera and walked around the city. Menunggu pekerjaan selesai,
kemudian menulis, seperti menunggu waktu yang tepat untuk menggenggam angin.
Tak sampai-sampai, dan hanya ada dalam panjangnya angan-angan. Pekerjaan selalu
ada dan bertambah tiap waktu, ketika anda ingin mengerjakan ‘ini’ jika ‘itu’
selesai, itu hanya akan menambah daftar panjangnya penguluran waktu. Believe me, if you want to receive great
thing, you don’t need to wait too much in your spare time to begin it.
Waktu senggang atau
waktu kosong hanya akan membuat anda mengulur-ngulur kesempatan dan bersantai
dalam penundaan. Percayalah, jika kita memang membutuhkan kesibukan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan dan mimpi. Tentu, kita pun sama-sama tahu, bahwa
para penulis buku-buku best seller
itu, bukanlah orang-orang yang memiliki banyak waktu bersantai. Mereka sibuk. Para CEO di
perusahaan-perusahaan terkemuka yang memiliki milyaran
pundi-pundi, juga bukanlah orang-orang yang memiliki banyak waktu
bersenang-senang, bahkan hanya untuk sekedar menikmati secangkir kopi di atas
balkon rumah. Mereka terburu-buru, mereka
sibuk. Para ilmuwan dan alim ulama’, yang seringkali kita jadikan objek
‘iri’ karena ketinggian ilmu dan keunggulan pekertinya, mereka juga sama.
Mereka sibuk. They are busy, we are busy
too.
Lelaki Tua dan Perahu |
Seorang bapak
yang dari kejauhan terlihat duduk-duduk santai, ternyata juga sibuk. Ia sedang
menyelesaikan pembuatan perahunya.
Sebagai seorang
birokrat, saya juga sibuk. Lebih dari tiga tahun berjibaku dengan pekerjaan sesuai kepeminatan saat kuliah
‘Statistika Kependudukan’ di Seksi Sosial, kini diharuskan belajar memutar
kemudi untuk tahu lebih banyak tentang ‘Statistika Ekonomi’ di amanah yang
baru, Seksi Nerwilis (Neraca Wilayah dan Analisis Statistik). Seperti saat
bertemu dengan kenalan baru, rasanya masih begitu asing dan kikuk. Terlebih, di
perjumpaan awal ini, saya sudah harus mengaduk-ngaduk Lembar Kerja PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto: nilai tambah atau jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah) Kabupaten Tana
Tidung yang cukup mendebarkan (kata kiasan untuk mengganti kata ‘memusingkan’).
Mendebarkan karena saya masih belum terlalu paham, mendebarkan karena saya
harus beberapa kali mengulang, dan mendebarkan karena pekerjaan yang mulanya
masih dikerjakan Kabupaten Induk (Kab. Bulungan, red), kini talak tiga,
bercerai, hingga banyak file-file yang terbengkalai, atau tak dapat saya
temukan. Tetapi, tingkat ‘mendebarkan’ itu kemudian harus dapat saya redam,
sedemikian rupa, agar menanjak menjadi persahabatan yang lebih ‘hangat’ dan
‘manis’.
Pallid Moon In Daylight 'Bulan Kesiangan' Imbayud Taka |
Berbicara tentang
ekonomi, mengingatkan saya pada Pasar. Jika anda menginginkan bisa datang ke
pasar, lalu menghitung jumlah penjual yang ada di pasar, berikut jumlah lapak,
toko, warung dan penjual gerobak, hanya dengan menggunakan jari, datanglah
kesini, Pasar Induk Imbayud Taka. Saya tidak sedang bercanda!, sebenarnya saya
juga penasaran ingin menghitungnya, berhubung cuaca di Tidung Pale akhir-akhir
ini terik dan menyengat, jika mengunjungi pasar, saya hanya berburu seperlunya,
lalu pulang. Disini, saya pernah bertemu seorang penjual sayur yang berkisah,
“Waduh Mbak, dulu itu
(mungkin kira-kira 5 atau 6 tahun lalu), saya jualan Lombok sedikit aja gak
habis-habis sampai dua minggu”
“Lho, kok bisa Bu?”
“Lha tempatnya sepi
begini Mbak, gak ada orang… gak ada yang beli”
Sambil melirik dagangan lapak Sang Ibu
yang bertambah banyak, dan mengingat pasar dengan para penjual ‘lawas’ ini
masih dapat bertahan, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten ini sejatinya memang perlahan
terus tumbuh seiring banyaknya pendatang dan bertambah baiknya infrastruktur
yang ada. Di tahun 2010, saat saya mengunjungi kota ini, jalan-jalan belum di
aspal, listrik belum sepenuhnya tersalurkan, jika adapun, hanya hidup setengah
hari. Sekarang, wajah kota semakin cantik, listrik 24 jam, jalan-jalan juga
sebagian besar mulus bebas hambatan. Banyaknya pembangunan proyek infrastruktur
seperti pembangunan jembatan, pembangunan dermaga, pembangunan pasar, hotel dan
pembuatan jalan terbukti efektif membangun perekonomian di Kabupaten ini
semakin bergairah. Hal ini juga
dibuktikan secara angka, dari sembilan lapangan usaha sektor ekonomi yang
tercakup dalam PDRB, pada tahun 2011 tercatat pertumbuhan tertinggi dihasilkan
oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 10,89 persen diikuti sektor bangunan
10,77 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 9,38 persen.
Jalan Bebas Merayap! |
***Tahukah
Anda?
[Kabupaten Tana Tidung luasnya lebih besar dari Provinsi DI Yogyakarta
padahal dari 10 kabupaten yang ada di Kalimantan Timur (kini Kabupaten ini
berada dalam wilayah Kalimantan Utara), Tana Tidung merupakan kabupaten dengan luas
wilayah yang paling kecil]
Selama lima tahun
terakhir, pertumbuhan ekonomi Kabupaten mengalami pertumbuhan positif meskipun
terjadi flukstuasi di setiap tahunnya. Pada periode tahun 2009, angka
pertumbuhan ekonomi yang dirilis oleh BPS Kab. Tana Tidung yakni sebesar 4,35
persen, mengalami peningkatan sebesar 5,77 persen pada tahun 2010 dan di tahun
2011 perekonomian Kabupaten Tana Tidung kokoh dengan pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,91 persen dengan perolehan nilai tambah yang tercipta akibat kegiatan
ekonomi sebesar 379,56 milyar rupiah. Sementara itu, sektor pertambangan dan
penggalian khususnya yang ditopang oleh subsektor pertambangan batubara
merupakan salah satu sektor strategis dalam perekonomian Kab. Tana Tidung.
Nilai tambah sektor ini pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang tinggi
dibanding sektor lainnya, yakni dari 117,31 milyar rupiah di tahun 2010 menjadi
130,26 milyar rupiah di tahun 2011. Sektor strategis lainnya, yakni sektor
pertanian mengalami peningkatan nilai tambah sebesar 9,58 milyar rupiah menjadi
135,03 milyar rupiah di tahun 2011.
Bangunan Berselimut Awan |
Di sektor bangunan,
tata letak kantor pemerintahan yang merupakan cikal bakal bertambahnya
keramaian kota belum kunjung ditetapkan. Hal ini terkait dengan lahan wilayah
Kabupaten dimana sekitar 85 persen wilayahnya masuk dalam kawasan hutan sebagai
Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) dan Kawasan Budidaya Non
Kehutanan (KBNK) dibawah salah satu BUMN milik pemerintah. Tentu saja, hal ini
turut berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di masa akan datang, dan di kurun
waktu dekat ini berpengaruh pada instansi vertikal seperti BPS yang belum
kunjung memiliki bangunan, menunggu kepastian tata letak perkantoran pemerintah
daerah setempat.
Tetapi hal demikian
ternyata tidak terlalu berpengaruh pada kinerja insan BPS. Saya harus
mengacungkan 10 jempol (jikalau semua jemari saya jempol), dengan kawan-kawan
yang sejak BPS Kabupaten Tana Tidung resmi berdiri di tahun 2011 hanya
berjumlah lima orang, terdiri dari 1 Kepala Kantor, 2 Pejabat Struktural
(seharusnya berjumlah enam), 2 Koordinator Statistik Kecamatan/KSK (seharusnya
berjumlah tiga). Mungkin saya juga butuh 10 jempol lagi untuk Eka Mulyani (KSK
Kec. Sesayap) dan Hari Afdani (KSK Kec. Sesayap Hilir) sebagai pendahulu yang
telah bekerja sejak tahun 2010, dan terbukti mampu menyelesaikan semua
pekerjaan dengan sangat baik dan tepat waktu. Beberapa kali saya juga dibuat
kagum dengan beberapa publikasi yang menurut saya dibuat dengan jauh lebih baik
dibandingkan dengan Kabupaten dengan personel yang lebih banyak.
The Castel Of Hero |
Bertambahnya kami di ‘Istana Para
Pejuang’ ini menjadikan jumlah personel insan statistik kini berjumlah 7 orang.
Di awal tahun 2013 ini, kami juga disibukkan dengan pemekaran wilayah Kecamatan
yang kini berjumlah lima. Sebabnya, setiap penambahan desa ataupun kecamatan
harus segera dilaporkan dan di update di
Monitoring File Desa (MFD). Jumlah desa kini menjadi 29 desa, bertambah 6 desa.
Tidak ada yang mengganjal, kecuali jika memikirkan berapa jumlah penduduk di
tiap-tiap desa, mengingat jumlah penduduk yang masih dibawah kisaran 20.000
jiwa.
Jumlah penduduk kabupaten Tana Tidung
pada tahun 2010 tercatat 15.202 jiwa sedangkan sepuluh tahun yang lalu hanya
6.592 jiwa. Dengan demikian terjadi peningkatan penduduk rata-rata 8,71 persen
per tahun selama periode 2000-2010. Angka pertumbuhan ini merupakan tertinggi
di Kalimantan Timur. Sedang pada tahun
2011 ini jumlah penduduk menjadi 16.356 jiwa, dengan demikian meningkat sebesar
7,59 persen dibandingkan dengan hasil sensus penduduk tahun 2010. Di tahun
2012, jumlah kecamatan yang semula tiga, bertambah menjadi lima kecamatan
menjadi:
1.
Kecamatan Sesayap
2.
Kecamatan Sesayap Hilir
3.
Kecamatan Tana Lia
4.
Kecamatan Muruk Rian
5.
Kecamatan Betayau
###
Sebenarnya saya masih ingin melanjutkan perjalanan, dan masih ingin memotret. Sayang, lama tidak digunakan, saya jadi tidak sadar memory card saya penuh. :)
Katak Dalam Tempurung,
begitu sebutan ‘gurauan’ seorang sahabat jauh untuk menyebutkan kondisi saya di
tempat baru ini. Kalau kata saya, biar katak, di dalam tempurung lagi, tetapi saya yakin bisa melompat lebih tinggi.
Selain itu, dua hari ini
saya menjadi bersemangat menulis dan memotret lagi, setelah membaca isi blog
Mbak Octa dan Millati yang penuh dengan semangat menulis dengan bahasa inggris.
Saya harus mengucapkan terimakasih pada mereka, dan adik saya, Nihlah. Jadilah, tulisan ini gado-gado bahasa, lain waktu sepertinya saya juga harus belajar
meningkatkan kemampuan bahasa saya dengan baik.
Tideng Pale Kota Berjuang!
10 Februari 2012
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
2 komentar
selamat datang di neraCa mbak hehehe
ReplyDelete@Laksamana Yuda Citra Handika dibacanya Neraka ya? siip... ^^
ReplyDelete