Kita boleh berbantah-bantahan
Saling beradu argumen
Sikut-sikutan
Jika perlu, marah-marah sekalian
Tetapi, kita harus tetap menjadi Satu
Bergerak padu, melangkah maju
Dalam sebuah payung besar yang melindungi
Itulah Visi
Itulah Visi, yang membedakan tiga orang kuli bangunan, saat ditanya, apa yang sedang mereka lakukan. Kuli bangunan pertama mengatakan, “aku sedang menyusun batu bata”. Berjalanlah sang penanya ini kepada kuli bangunan kedua yang terlihat begitu sibuk bekerja, serius dan hati-hati,
“Hai Pak, apa yang sedang engkau kerjakan?”, dengan bersungut, sang kuli bangunan tersebut menjawab, “apa kau tidak lihat apa yang sedang kukerjakan! aku sedang membangun rumah”.
Sambil melangkah mundur, tak disangka dilihatnya seorang kuli bangunan lain yang nampak riang, meski peluh dan keringatnya tak berhenti mengalir, semangatnya tak menjadi kendur tersandung oleh makian atasan dan pengawas pekerja bangunan. Ia berhenti, sesekali, kemudian bekerja kembali, menyelesaikan semuanya dengan rapi.
“Apa yang sedang engkau kerjakan?”
“Aku, hari ini, sedang membangun peradaban…”, jawab sang kuli bangunan ketiga dengan bersemangat dan mata yang berkaca-kaca.
Itulah Visi, yang akan terus menggerakkan arah perjalanan. Ia melampaui batas-batas zona zaman, zona ketidaknyamanan, zona keengganan, zona kemalasan, atau bahkan zona passion sekalipun. Bekerja, adalah sebuah kata kerja yang rumit. Mendefinisikan maknanya juga berarti harus berputar untuk melihat kembali alasan-alasan apa yang mendorongnya. Jika seseorang Bekerja karena sesuatu yang ingin didapatkan, sepertihalnya gaji, pangkat, jabatan, fasilitas, atau kemapanan, maka ia ibarat sang kuli bangunan pertama. Tipe pekerja seperti kuli bangunan pertama ini hanya berfokus pada pekerjaannya saja, ia akan cepat merasa lelah jika honor pekerjaannya tak kunjung cair, marah saat hasil kerjanya tidak dihargai, cepat naik pitam saat mengetahui pekerja lain yang baru saja bekerja telah naik jabatan, mengamuk saat tahu fasilitas yang diperolehnya jauh dari harapan, iri pada teman yang mendapatkan promosi. Sebaliknya, pekerja tipe pertama ini bergembira di kala senggang, itu adalah waktu baginya untuk bersenang-senang, duduk-duduk mengobrol minum kopi atau sekedar mengobrol kesana-kemari sampai sore hari. Ia juga bergembira saat tak ada atasan, itu adalah waktu baginya untuk menciderai peraturan. Datang terlambat, pulang cepat. “Merdeka!”
Tipe pekerja seperti kuli bangunan kedua, berfokus pada pekerjaan dan nilai. Berbeda dengan pekerja pertama, yang hanya berfokus pada pekerjaannya “menyusun batu bata”. Pekerja kedua, telah memasukkan nilai yang membesarkan definisi Bekerja-nya, “membangun rumah”. Tipe pekerja ini, akan bersungguh-sungguh dan berhati-hati saat menyelesaikan pekerjaannya. Ia memikirkan setiap detil yang dilakukannya, teliti dalam bertindak, dan bersedia bekerja lebih keras untuk hasil yang maksimal. Bekerja dengan nilai telah membuatnya berfikir lebih luas, global atau menyeluruh. Ia tidak boleh dengan egois menentukan sendiri posisi tiang pancang, misalnya. Atau menentukan sendiri warna keramik tanpa memperhatikan pekerja lain yang sedang mengerjakan bagian yang lain. Membangun rumah, berarti juga membangun sinergi, bahu-membahu, saling bekerjasama. Bersedia membantu teman menyelesaikan pekerjaannya meski itu bukan bagiannya, rela menambah waktu bekerja demi kesuksesan satu tim dan bersemangat pada perubahan ke arah yang lebih baik.
Tetapi sayangnya, tipe pekerja kedua ini, terlalu serius dalam bekerja dan seringkali masih mengharapkan pujian ataupun penghargaan. Sehingga, ketika suatu hasil yang diimpikan tak sesuai dengan kenyataan, ia mudah tersinggung dan marah,
“Kamu gak lihat apa, aku lagi ngapain…”,
“Capek banget, pendataan ke wilayah di sana, jalanannya naik-turun gunung, orang-orangnya gak ada yang ramah … bla … bla..”. Atau
“Ini entryan kok gak kelar-kelar sih? Puyeng nih mata…”,
“Ini pimpinan gak ngelihat kondisi bawahan apa ya? ngasih kerjaan kok semena-mena, diskriminatif, pilih-pilih, uang juga kita gak pernah ngerasain…”
Terkadang, juga merasa, dirinya paling berjasa, paling banyak bekerja.
“Kamu itu kan cuma staf, gak usah banyak bicara deh, kerjakan saja yang saya suruh”.
“Hari ini juga, mudah bagi saya untuk mutasikan kamu…”.
“Coba deh, sekali-kali itu pengawas turun ke lapangan, hadapi sendiri medan. Jangan cuma tahunya duduk-duduk di atas meja, di bawah AC, protes isian kuesioner ini, protes isian itu, coba rasakan sendiri…”.
Itulah Visi, yang membedakan Tipe pekerja ketiga dari lainnya. Tipe pekerja seperti kuli bangunan ketiga berfokus pada Visi, yang lebih besar dari sekedar “membangun rumah”, tinggi menjulang, kuat menerjang, tajam menerawang. Itulah Visi, yang memayungi pekerjaan dan nilai sekaligus membesarkan arti Bekerja menjadi lebih bermakna dan berharga. Itulah Visi, yang menggerakkan, melandaikan jalan terjal, memudahkan sesuatu yang sulit, dan menggariskan senyuman. Seorang pekerja tipe ketiga adalah seorang tipe pekerja kedua yang disempurnakan. Ia adalah tipe pekerja kedua yang nampak lebih riang, tersenyum saat hasil maksimal yang ingin dicapai tak sesuai dengan kenyataan, serius bekerja tetapi juga santai, tak peduli pada makian, tak takut pada halangan medan, rintangan cuaca, dan tak mengharap pujian. Ia adalah tipe pekerja kedua yang tak lagi berfokus pada penghargaan semata, penghormatan, kenaikan gaji, ataupun fasilitas mumpuni. Baginya, setiap kali Bekerja dengan lebih baik, maka hasilnya juga akan lebih baik. Maka, ia tak lagi menghabiskan tenaga untuk memaki saat penempatan tak sepadan dengan harapan, mutasi tak sesuai yang diingini, promosi tak berjalan dengan mumpuni. Ia berfokus pada Visi. Saat lelah, ia berhenti, lalu kemudian berfokus kembali pada Visi. Saat marah, ia berhenti, lalu kemudian berfokus kembali pada Visi.
Nilai inti BPS. |
Visi, itulah kita hari ini. “Menjadikan BPS Sebagai Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua”. Jika kita, hari ini, menjadi tipe pekerja pertama, maka kita sejatinya hanya Bekerja saja, tanpa nilai. Jika kita, hari ini menjadi tipe pekerja kedua, maka kita telah Bekerja dengan nilai. Nilai itu, yang senantiasa kita dengar, senantiasa didengung-dengungkan dengan singkatan PIA, Profesional, Integritas, Amanah. Tetapi, jika kita telah mampu, Bekerja seperti tipe pekerja ketiga, maka sejatinya kita telah Bekerja dengan Visi yang memayungi pekerjaan dan nilai secara bersama-sama. Visi adalah anak panah yang melesat dari busur menuju titik tujuan, Visi adalah dayung yang membawa perahu ke tepian, maka siapapun, yang ingin berhasil, sukses dalam pekerjaannya, seharusnya memiliki anak panah dan dayung. Seharusnya, senantiasa membersamai dan menjadi pemilik Visi.
Salam sukses, salam PIA!
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
0 komentar