Suatu ketika saat dinas luar, saya bertemu dengan sahabat suami yang notabenenya juga sahabat saya. Berhubung saya sedang DL sendiri, maka ia pun mengenalkan saya pada istrinya, kami berkenalan dan membuat janji agar bisa berbincang lebih lama. Dalam kesempatan bincang-bincang tersebut, kami bertiga bertukar cerita tentang banyak hal, terutama sekali tentang pencapaian-pencapaian. Tentu saja, bukan sekedar pencapaian dalam masalah pekerjaan, menurut saya hal itu terlalu mudah untuk ditebak dan kurang menantang. Kami membicarakan tentang pencapaian-pencapaian dalam hidup. Juga tentang masa depan. Saat saya berkisah tentang 'sebagian kecil' pencapaian kami (saya dan suami), dan 'sedikit' gambaran kami tentang hidup di masa depan, sahabat saya itu terdiam sejenak, dan nampak berfikir.
"Aku tidak percaya itu dia. Aku itu udah kenal banget sama dia. Dia gak mungkin seperti itu. Dia bukan tipe perencana yang baik"
"Masa' iya?"
"Pokoknya aku masih belum percaya dan gak yakin. Aku tahu banget karakter dan sifatnya, dulu dia tidak begitu", entah hampir lebih dari tiga kali, sahabat saya itu mengucapkan keheranannya, sampai-sampai dalam hati saya berujar "ini sebenarnya siapa sih yang lebih mengenal sosok suami saya. Saya atau dia".
Jadi begitulah, meski terdengar agak lucu, tetapi satu kalimatnya sesudah otot-ototan tentang siapa yang jauh lebih mengenal, sangat berkesan buat saya.
"Mungkin karena kamu. Mungkin karena ada Nurin disisinya"
Bukan untuk bangga-banggaan. Tetapi ucapannya kali itu, menyiratkan tentang pencapaian yang mungkin saja 'benar-benar' telah terjadi pada saya dan Kak. Minimal, Kak yang saya kenal sekarang, bukanlah seorang pemuda yang dahulu. Bayangkan jika saat saya bertemu dengan sahabat lama itu, dan ternyata kualitas kami masih yang 'itu-itu' saja, masih yang 'standar-standar' saja, kan jadi lain cerita. Minimal yang kedua, ternyata saya memiliki pengaruh bagi Kak. Itu berarti hubungan kami tidak hanya 'sekedar' hidup bersama-sama saja, tetapi telah lebih daripada itu.
Sesuai judulnya, #Coffee Break Session, ya bisa dikatakan di posting kali ini saya hanya ingin berhenti sejenak, lalu menuliskan sesuatu tentang saya. Bahasa mudahnya: semacam curhat gitulah. Namanya Coffee Break, tentu saja tidak akan berlama-lama dan tidak perlu sering-sering, bisa-bisa tujuan utamanya tidak berhasil di capai dengan baik.
Saya baru ingat, bahwa kami tidak pernah terlalu mengistimewakan hari. Entah hari ulang tahun saya, hari ulang tahunnya, apalagi hari ulang tahun pernikahan. Semuanya kami anggap biasa saja. Tetapi, biasanya di bulan-bulan menjelang hari H, saya biasanya lebih banyak berfikir tentang perubahan kualitas yang telah dicapai. Apalagi di bulan Desember seperti ini, H-2 bulan anniversary kami, apa ya... apa yang sudah terjadi pada kualitas diri, kualitas hidup dan kualitas-kualitas lain pada saya dan Kak.
Bahkan, saya belum sempat-sempat menuliskan satu tahun perjalanan blog ini. Sebab, menurut saya yang penting bukan anniversary-nya, itu hanya pengingat. Tetapi bagaimana saya bisa tetap berada dalam keistiqomahan untuk membawa apa yang saya namakan sebagai 'nilai' dan 'tujuan' dari apa yang saya lakukan di blog ini. Dan yang lebih penting lagi, saya selalu menginginkan kemajuan dan nilai tambah dari apa yang telah saya lakukan di blog ini.
Bahkan, saya belum sempat-sempat menuliskan satu tahun perjalanan blog ini. Sebab, menurut saya yang penting bukan anniversary-nya, itu hanya pengingat. Tetapi bagaimana saya bisa tetap berada dalam keistiqomahan untuk membawa apa yang saya namakan sebagai 'nilai' dan 'tujuan' dari apa yang saya lakukan di blog ini. Dan yang lebih penting lagi, saya selalu menginginkan kemajuan dan nilai tambah dari apa yang telah saya lakukan di blog ini.
Blogging is not only about posting.
It is about your heart who took part in every post that you type -Arif Chasan-
Dua kalimat di atas saya dapatkan dari seorang teman blogger, Arif Chasan. Saya suka kalimatnya, dan sangat mengena. Beberapa bulan terakhir, saya benar-benar hanya menulis saat good mood. Saya agak menyimpang dari teori yang menyatakan bahwa seharusnya seorang penulis dapat menulis dalam mood apa saja. Tetapi saya mulai percaya, bahwa segala sesuatu yang berasal dari hati akan sampai ke hati. Maka, saya berusaha melakukannya pada saat hati benar-benar baik, agar tulisan yang sampai pada pembaca juga adalah nilai-nilai kebaikan yang terpancar dari hati yang baik. Meski begitu, saya tetap memperhatikan jadwal penulisan. Meski, blog ini blog pribadi, tidak ada yang mengatur saya, tidak akan ada orang lain yang peduli atau semacamnya, saya tetap mengaturnya. Saya tetap berusaha mendisiplinkan diri, terlebih beberapa bulan ini saya sudah menetapkan target dua kali lipat dari target sebelumnya. Karena itu, saat kondisi saya sedang bad mood, saya meminta agar segera diberikan good mood, dengan cara sholat dua rokaat. Saat saya kehabisan akal, ide atau semacamnya, saya juga meminta agar diberikan kekuatan untuk mendapatkan ide dan kemudahan menemukan kata-kata baik. Lagi-lagi, saya kerap memintanya kepada Allah, Robb saya, dengan sholat dua rokaat dan berdoa.
Saya juga percaya, bahwa semua hal yang saya lakukan akan mendapat pertanggungjawaban. Saya juga sering berfikir, bagaimana tiba-tiba jika setelah menulis, saya mati. Alangkah ruginya saya, jika tulisan yang saya buat tidak dibuat dengan sungguh-sungguh. Alangkah ruginya saya, jika tulisan-tulisan saya tidak bermanfaat, sedikitpun. Andai semua orang tahu kapan batas mati, tentu tidak akan ada seorangpun yang berlena-lena dengan kehidupannya dan membuang-buang waktu. Seperti saat saya, hari ini, mendapatkan Surat Keputusan (SK) kepindahan tugas yang menerangkan dengan jelas, kapan batas waktu terakhir keberadaan saya disini, di Kota Tanjung Selor Kabupaten Bulungan yang kini telah masuk Propinsi Kalimantan Utara.
Tiba-tiba saja saya merasa risau. Tiba-tiba saja saya merasa waktu yang saya miliki begitu sempit. Tiba-tiba saja saya berfikir apakah ketiadaan kami nanti, akan dirindukan. Apakah kepergian kami akan memiriskan hati, setidaknya lebih dari 20 orang. Kenapa harus 20 orang? sebab jika kurang dari itu, berarti keberadaan kami 03 tahun lebih 8 bulan tidaklah berarti. Tiba-tiba saya juga menjadi sibuk, sibuk dengan hal baik apalagi yang seharusnya saya tinggalkan. Saya menjadi sibuk mengoreksi diri kami. Apakah sudah banyak amal kebaikan yang telah kami perbuat di tempat ini, serta menimbang-nimbang jika seandainya lebih banyak orang yang senang saat kami tidak ada nanti dan tidak merasakan apapun, tidak merasakan rindu sedikitpun, itu pertanda bahwa kualitas kami masih 'rata-rata'.
Saya juga percaya, bahwa semua hal yang saya lakukan akan mendapat pertanggungjawaban. Saya juga sering berfikir, bagaimana tiba-tiba jika setelah menulis, saya mati. Alangkah ruginya saya, jika tulisan yang saya buat tidak dibuat dengan sungguh-sungguh. Alangkah ruginya saya, jika tulisan-tulisan saya tidak bermanfaat, sedikitpun. Andai semua orang tahu kapan batas mati, tentu tidak akan ada seorangpun yang berlena-lena dengan kehidupannya dan membuang-buang waktu. Seperti saat saya, hari ini, mendapatkan Surat Keputusan (SK) kepindahan tugas yang menerangkan dengan jelas, kapan batas waktu terakhir keberadaan saya disini, di Kota Tanjung Selor Kabupaten Bulungan yang kini telah masuk Propinsi Kalimantan Utara.
Tiba-tiba saja saya merasa risau. Tiba-tiba saja saya merasa waktu yang saya miliki begitu sempit. Tiba-tiba saja saya berfikir apakah ketiadaan kami nanti, akan dirindukan. Apakah kepergian kami akan memiriskan hati, setidaknya lebih dari 20 orang. Kenapa harus 20 orang? sebab jika kurang dari itu, berarti keberadaan kami 03 tahun lebih 8 bulan tidaklah berarti. Tiba-tiba saya juga menjadi sibuk, sibuk dengan hal baik apalagi yang seharusnya saya tinggalkan. Saya menjadi sibuk mengoreksi diri kami. Apakah sudah banyak amal kebaikan yang telah kami perbuat di tempat ini, serta menimbang-nimbang jika seandainya lebih banyak orang yang senang saat kami tidak ada nanti dan tidak merasakan apapun, tidak merasakan rindu sedikitpun, itu pertanda bahwa kualitas kami masih 'rata-rata'.
Ya, di perjalanan menuju H-2 bulan Anniversary pernikahan kami, saya tetap ingin mengatakan bahwa Kak adalah sosok perencana yang handal. Bahkan mendengar kabar kepindahan ini, kami merasa bersyukur meski tak sesuai dengan plan A, semuanya masih berjalan sesuai dengan plan B.
"Kita itu harus punya mimpi", itu adalah ucapannya yang saya potong dua hari lalu. Bagaimana tidak, belum genap satu bulan saya bernafas lega setelah menutup Bintang Kelas, dan menikmati hari-hari dengan santai. Kak mulai berkisah kembali dengan rencana-rencana barunya. Tetapi kemudian saya sadari, bahwa itu memang kelebihan yang dimilikinya. Dan jujur saja, itulah daya pikatnya. Yang mampu membuat saya selalu merasa nyaman berada disampingnya. Menghabiskan malam-malam bukan dengan mengobrol kesana-kemari tanpa arti, tetapi membicarakan mimpi-mimpi.
Kak juga seorang sosok di balik layar yang hebat. Ia membentuk saya sedemikian rupa. Membuat saya lebih berhati-hati dalam berbicara, bersikap dan memperlakukan orang lain. Ia lah yang selama ini membuatkan saya makanan dan menyiapkan segelas teh hangat saat saya sedang sibuk merampungkan tulisan atau saat saya sedang sibuk bersama Al-Quran. Ia yang rela menjadi payung saat cuaca sedang tak bersahabat, menemani saya menemui narasumber atau tempat-tempat inspiratif sebagai bahan menulis saya. Ia yang seringkali memberi ide-ide segar tentang apa yang sebaiknya saya tulis. Ia yang rela menggantikan seluruh pekerjaan rumah, menunda janji-janji dan rencana-rencananya saat saya mengatakan "hari ini saya ingin bersama Al-Quran".
Tetapi, di lain kesempatan. Seiring waktu, saya memimpikan sesuatu yang lebih dari ini. Pencapaian kami harus terus maju, dan kualitas kami harus meningkat tiap waktu. Barangkali di lain waktu itu, kami bisa bertukar peran, saling hebat-menghebatkan. Atau berada di peran yang sama, tetapi dengan kemampuan yang jauh melampaui apa yang sudah ada.
Saya juga percaya, bahwa setiap orang punya kisah yang berbeda. Maka, saya tidak menginginkan memiliki kisah seperti Ainun&Habibie. Sebab, saya bukan Ainun, dan Kak juga bukan Habibie. Saya percaya, kami akan memiliki kisah sendiri, dan memang semestinya begitu.
Tentang indahnya, tentang romantisnya, tentang cintanya,
Tentang ceritanya,,,
"Kita itu harus punya mimpi", itu adalah ucapannya yang saya potong dua hari lalu. Bagaimana tidak, belum genap satu bulan saya bernafas lega setelah menutup Bintang Kelas, dan menikmati hari-hari dengan santai. Kak mulai berkisah kembali dengan rencana-rencana barunya. Tetapi kemudian saya sadari, bahwa itu memang kelebihan yang dimilikinya. Dan jujur saja, itulah daya pikatnya. Yang mampu membuat saya selalu merasa nyaman berada disampingnya. Menghabiskan malam-malam bukan dengan mengobrol kesana-kemari tanpa arti, tetapi membicarakan mimpi-mimpi.
Kak juga seorang sosok di balik layar yang hebat. Ia membentuk saya sedemikian rupa. Membuat saya lebih berhati-hati dalam berbicara, bersikap dan memperlakukan orang lain. Ia lah yang selama ini membuatkan saya makanan dan menyiapkan segelas teh hangat saat saya sedang sibuk merampungkan tulisan atau saat saya sedang sibuk bersama Al-Quran. Ia yang rela menjadi payung saat cuaca sedang tak bersahabat, menemani saya menemui narasumber atau tempat-tempat inspiratif sebagai bahan menulis saya. Ia yang seringkali memberi ide-ide segar tentang apa yang sebaiknya saya tulis. Ia yang rela menggantikan seluruh pekerjaan rumah, menunda janji-janji dan rencana-rencananya saat saya mengatakan "hari ini saya ingin bersama Al-Quran".
Tetapi, di lain kesempatan. Seiring waktu, saya memimpikan sesuatu yang lebih dari ini. Pencapaian kami harus terus maju, dan kualitas kami harus meningkat tiap waktu. Barangkali di lain waktu itu, kami bisa bertukar peran, saling hebat-menghebatkan. Atau berada di peran yang sama, tetapi dengan kemampuan yang jauh melampaui apa yang sudah ada.
Saya juga percaya, bahwa setiap orang punya kisah yang berbeda. Maka, saya tidak menginginkan memiliki kisah seperti Ainun&Habibie. Sebab, saya bukan Ainun, dan Kak juga bukan Habibie. Saya percaya, kami akan memiliki kisah sendiri, dan memang semestinya begitu.
Tentang indahnya, tentang romantisnya, tentang cintanya,
Tentang ceritanya,,,
Yah, begitulah..
Happy Anniversary
Sudah ah, sekian dulu coffee breaknya. :)
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
8 komentar
Kalo aku pindah dari Blangpidie juga kayaknya nggak ada yang kehilangan. Palingan mereka ngerasa repot karena kekurangan bala tentara yang mau ngentri :D
ReplyDelete@Millati Indah hehe. Masak iya gak ada yang kehilangan? buktinya ada yang ngerasa kerepotan, berarti ada yang merasa kurang dong Milo... Eh, Milo, lagi beneran risau nih, masak aku baru pindahan rumah kontrakan, belum selesai lagi pindahannya, sk pindahnya udah maen keluar aja per 1 januari 2013.
ReplyDeleteApa mau dikata. Kalo sk udah keluar secara semena2, mau gimana lagi.. *gak bisa kasih solusi
Delete@Millati Indah yup..yup...
ReplyDeleteperjalanan cinta suami dan istri yang indah... :)
ReplyDeletejadi inspirasi buat yg lainnya juga... :D
waaaaaaah... quote saya dipake... tp malah jadi malu, padahal saya aja masih meraba-raba dengan tulisan saya sendiri.. masih belum pede lah singkatnya... :|
kunjungan malam sob...
ReplyDelete@Arif Chasan quotenya bagus,,
ReplyDelete@mahbub ikhsan siiip,,
ReplyDelete