***
Aku pernah menemui seorang responden yang belum 6 bulan ditinggal istrinya, dan kini telah beristri lagi. Untuk mendapatkan data kematian, ku ajukan pertanyaan,
Aku : “Pak, istri bapak kemarin meninggal bulan berapa?”, bapak yang ada dihadapanku termenung cukup lama. Agak tidak enak juga, aku takut menyinggung perasaannya.
Bapak: “kayaknya akhir tahun 2009 mbak”, jawab sang bapak sedikit ragu.
Tidak berapa lama kemudian, anak pertama sang bapak datang dan langsung menimpali. Anak: “gak mbak, udah masuk 2010, kan belum lama waktu bapak nikah…,”.
Aku: “Oh, waktu meninggal umurnya berapa ya pak?”
Bapak: “dek..dek.. tolong ambilkan kartu keluarga, lihatkan tanggal lahir mama, maaf ya mbak saya lupa …”,
Tidak bisa dibayangkan bagaimana perasaanku waktu itu, yang pasti shok berat. Aku tidak bisa merumuskan logika yang tepat untuk menafsirkan bagaimana sang Bapak yang belum terlalu tua itu lupa kapan istrinya tiada, juga lupa berapa usianya. Ah, cinta...seringkali memang tidak berlogika...
***
Aku punya seorang sahabat yang begitu takut jika suatu hari dimadu. Tapi aku jauh lebih takut pada perpisahan, akhir dari pertemuan kami di dunia. Aku takut kehilangan, aku takut kesepian, aku takut kesendirian dan aku takut pada kesedihan yang berkepanjangan. Untuk itu aku berusaha untuk tidak berlebihan mencintainya. Aku berusaha untuk tidak terlalu rindu ketika tak bertemu, tidak terlalu menggebu ketika rindu mulai memburu, akupun berusaha untuk tidak terlalu bergantung padanya. Tapi Tetap saja, baru beberapa saat tidak bertemu, rasa rindu tidak tertahankan, makan tidak enak, tidur tidak nyenyak. Sebesar apapun usaha untuk tak berlebihan menaruh peduli ataupun simpati, aku tetap saja khawatir pada kondisinya, seperti saat ia sedang sakit seperti ini….
***
“Jadikan Cintamu seperti Cinta seorang Tukang Parkir”, perhatikan bagaimana Ia dengan cintanya menjaga banyak kendaraan yang diamanahkan kepadanya, tapi tidak pernah merasa kehilangan ketika kendaraan tersebut diambil kembali oleh pemiliknya. Menurutku, ada yang tidak tepat dengan perumpamaan ini, sebab tidak ada seorang tukang parkir yang betul-betul menjaga dengan ‘cinta’, saat seorang tukang parkir menjaga kendaraan, ia melakukannya sebab kewajiban, bukan dilandaskan kesadaran yang timbul dari hati. Aku belum pernah melihat seorang tukang parkir yang benar-benar meneliti, memperhatikan atau hanya sekedar membersihkan kendaraan yang dijaganya. Menurutku, cinta tidak seperti itu….
***
“Atau jadikan Cintamu seperti Cinta seorang Petani penggarap lahan saja,”, lihat bagaimana ia mulai membajak, menanam, memupuk, merawat dan menjaga tanamannya. Ada kesedihan di raut wajahnya ‘sesaat’ ketika lahannya diambil pemiliknya, lalu menjadi tidak lagi. Selain itu, sang petani akan tetap mengenangnya, dikemudian hari saat melewatinya ia pasti akan berucap, “ini lahan yang dulu pernah aku garap…”. Akan tetapi, Cinta benar-benar tidak sesederhana itu…
***
Di waktu lain, Aku mendengar seorang sahabat yang begitu takut jika suatu hari di duakan, dengan apapun, dengan anak, dengan jabatan, dengan pekerjaan. Tapi kini aku lebih takut jika di kemudian hari hatiku mulai mendua. Meletakkan Cinta tidak sesuai porsinya. Menomorsatukan keluarga lebih dari DIA, memprioritaskan pekerjaan lebih dari DIA, mengejar-ngejar jabatan lebih dari DIA, mengagung-agungkan kehidupan lebih dari DIA.
Karena DIA satu-satunya yang harus aku Cintai sepenuh hatiku, yang mempertemukan aku dengan Rizqon yang paling berharga, yang telah mengamanahiku seorang kekasih hidup. Maka hari ini ku mohonkan pada DIA, Tuhanku yang Satu, agar ia memberiku sebuah hati yang terjaga, agar jiwaku semakin kuat bersamanya, dan tidak akan merasakan hebatnya kehilangan saat perpisahan.Sebab kekasihku, hanyalah titipan semata...
Maka, Cukup Satu saja
Karena 1 Lebih Adil….
*Tanjung Selor Kota Ibadah,
Aku pernah menemui seorang responden yang belum 6 bulan ditinggal istrinya, dan kini telah beristri lagi. Untuk mendapatkan data kematian, ku ajukan pertanyaan,
Aku : “Pak, istri bapak kemarin meninggal bulan berapa?”, bapak yang ada dihadapanku termenung cukup lama. Agak tidak enak juga, aku takut menyinggung perasaannya.
Bapak: “kayaknya akhir tahun 2009 mbak”, jawab sang bapak sedikit ragu.
Tidak berapa lama kemudian, anak pertama sang bapak datang dan langsung menimpali. Anak: “gak mbak, udah masuk 2010, kan belum lama waktu bapak nikah…,”.
Aku: “Oh, waktu meninggal umurnya berapa ya pak?”
Bapak: “dek..dek.. tolong ambilkan kartu keluarga, lihatkan tanggal lahir mama, maaf ya mbak saya lupa …”,
Tidak bisa dibayangkan bagaimana perasaanku waktu itu, yang pasti shok berat. Aku tidak bisa merumuskan logika yang tepat untuk menafsirkan bagaimana sang Bapak yang belum terlalu tua itu lupa kapan istrinya tiada, juga lupa berapa usianya. Ah, cinta...seringkali memang tidak berlogika...
***
Aku punya seorang sahabat yang begitu takut jika suatu hari dimadu. Tapi aku jauh lebih takut pada perpisahan, akhir dari pertemuan kami di dunia. Aku takut kehilangan, aku takut kesepian, aku takut kesendirian dan aku takut pada kesedihan yang berkepanjangan. Untuk itu aku berusaha untuk tidak berlebihan mencintainya. Aku berusaha untuk tidak terlalu rindu ketika tak bertemu, tidak terlalu menggebu ketika rindu mulai memburu, akupun berusaha untuk tidak terlalu bergantung padanya. Tapi Tetap saja, baru beberapa saat tidak bertemu, rasa rindu tidak tertahankan, makan tidak enak, tidur tidak nyenyak. Sebesar apapun usaha untuk tak berlebihan menaruh peduli ataupun simpati, aku tetap saja khawatir pada kondisinya, seperti saat ia sedang sakit seperti ini….
***
“Jadikan Cintamu seperti Cinta seorang Tukang Parkir”, perhatikan bagaimana Ia dengan cintanya menjaga banyak kendaraan yang diamanahkan kepadanya, tapi tidak pernah merasa kehilangan ketika kendaraan tersebut diambil kembali oleh pemiliknya. Menurutku, ada yang tidak tepat dengan perumpamaan ini, sebab tidak ada seorang tukang parkir yang betul-betul menjaga dengan ‘cinta’, saat seorang tukang parkir menjaga kendaraan, ia melakukannya sebab kewajiban, bukan dilandaskan kesadaran yang timbul dari hati. Aku belum pernah melihat seorang tukang parkir yang benar-benar meneliti, memperhatikan atau hanya sekedar membersihkan kendaraan yang dijaganya. Menurutku, cinta tidak seperti itu….
***
“Atau jadikan Cintamu seperti Cinta seorang Petani penggarap lahan saja,”, lihat bagaimana ia mulai membajak, menanam, memupuk, merawat dan menjaga tanamannya. Ada kesedihan di raut wajahnya ‘sesaat’ ketika lahannya diambil pemiliknya, lalu menjadi tidak lagi. Selain itu, sang petani akan tetap mengenangnya, dikemudian hari saat melewatinya ia pasti akan berucap, “ini lahan yang dulu pernah aku garap…”. Akan tetapi, Cinta benar-benar tidak sesederhana itu…
***
Di waktu lain, Aku mendengar seorang sahabat yang begitu takut jika suatu hari di duakan, dengan apapun, dengan anak, dengan jabatan, dengan pekerjaan. Tapi kini aku lebih takut jika di kemudian hari hatiku mulai mendua. Meletakkan Cinta tidak sesuai porsinya. Menomorsatukan keluarga lebih dari DIA, memprioritaskan pekerjaan lebih dari DIA, mengejar-ngejar jabatan lebih dari DIA, mengagung-agungkan kehidupan lebih dari DIA.
Karena DIA satu-satunya yang harus aku Cintai sepenuh hatiku, yang mempertemukan aku dengan Rizqon yang paling berharga, yang telah mengamanahiku seorang kekasih hidup. Maka hari ini ku mohonkan pada DIA, Tuhanku yang Satu, agar ia memberiku sebuah hati yang terjaga, agar jiwaku semakin kuat bersamanya, dan tidak akan merasakan hebatnya kehilangan saat perpisahan.Sebab kekasihku, hanyalah titipan semata...
Maka, Cukup Satu saja
Karena 1 Lebih Adil….
*Tanjung Selor Kota Ibadah,
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
2 komentar
dahsyat!!
ReplyDeleteOpo dek seng mantap? blognya diisi dek...
ReplyDelete