Dalam pengantar pelajaran kalkulus, hal pertama yang saya dapatkan tentang bilangan adalah bahwa setiap bilangan mempunyai dua akar kuadrat. Misalnya saja, dua akar kuadrat dari 4 adalah -2 dan 2; dua akar kuadrat dari 9 adalah -3 dan 3. Saya cukup setuju dengan teorema ini sebagaimana juga Rene Descartes penemu Geometri Koordinat yang menyimpulkan bahwa matematika adalah sarana pengembangan kebenaran di segala bidang. Bukan karena saya menggemari La Geometri karya matematikawan satu ini. Tapi lihatlah, penemu-penemu teorema sepertihalnya Descartes, Kepler, Pascal, Newton bahkan Bernoulli sekalipun sesungguhnya hanyalah peniru dari sang Pencipta. Ya, semua teori yang sulit dimengerti itu tak ayal hanyalah pemikiran atas apa yang dilihat , dirasakan dan dipikirkan. Semua sudah tersedia. Tuhan yang menciptakan manusia sudah sejak lama mengajarkannya. Pertama, dengan menciptakan manusia menjadi 2 jenis, laki-laki lantas perempuan. Kedua, Ia ciptakan bumi berputar atas dua waktu, siang dan malam. Selanjutnya, Ia juga menciptakan manusia dengan dua mata, dua telinga, dua tangan dan dua kaki, semuanya kiri dan kanan. Ada langit, lalu ada pula bumi. Lalu, kemudian manusia mengilhaminya hingga menciptakan banyak cabang ilmu baru termasuk pelajaran kuadrat tadi. Maka, sekarang saya mulai paham mengapa dalam Alquran, Alloh seolah menantang manusia untuk selalu belajar dengan berfikir “faqul afala ta’qilun?“ maka apakah kalian tidak berfikir?”.
Menginjak bab limit, saya sempat meragukan tentang adanya limit tak hingga. Bagaimana mungkin sebuah limit dengan angka pasti, hanya dengan merubah fungsi dapat menjadi tak terhingga? Bukankah limit itu sendiri secara harfiah bermakna batas? Batas adalah sesuatu yang bisa dicapai sehingga berdasarkan logika kemahasiswaaan saya waktu itu seharusnya batas tersebut terhingga dan pasti. Contohnya begini, dalam sehari waktu kita dibatasi hanya 24 jam, satu minggu 7 hari dan satu tahun 360 hari. Manusia bisa hidup tapi ada batasnya yakni mati. Kita misalkan saja umur (x) seorang manusia memiliki sebuah fungsi yang dapat kita ketahui limitnya jika (x) mendekati bilangan tertentu. Jika saja setiap manusia diberi kewenangan untuk tahu fungsi limit matinya, akan sangat mudah bagi seorang matematikawan atau statistikawan membuatkan rumus jitu menghitung waktu mati atau bahkan software mati.
Sampai suatu waktu ketika bacaan saya sampai pada suroh Al-kahfi. “Alloh turunkan Alquran kepada hambanya sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dan kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapatkan balasan yang baik. Mereka kekal didalamnya untuk selama-lamanya”. (1-3). ada kurang lebih 100 ayat di dalam Alquran yang menyebutkan tentang kata “kekal”, bahwa akan ada kehidupan “kekal” bagi manusia. Kekal menandakan sesuatu yang tidak dapat di ukur, abadi, selama-lamanya, dalam limit yang tak terhingga. Alloh menjanjikan akan adanya kehidupan setelah mati. Bahkan sesungguhnya kematian itupun bukanlah mati, karena yang mati hanyalah jasadnya. Sedang ruh akan ditanyai, atas apa yang telah diperbuat selama hidupnya.
Kalau begitu, limit tak hingga yang saya ragukan sebelumnya benar-benar ada, dan terbukti. Saya tak perlu berpanjang-panjang memikirkan bagaimana pembuktian rumusnya terlebih dahulu, karena matematika adalah sarana pengembangan kebenaran dan Alquran sendiri adalah sumber kebenaran. Seperti halnya matematika yang dianggap ilmu terpenting abad ini, Alloh dalam Alquran telah lebih dahulu menyatakan pentingnya menghitung (Toha: 94). Atau ketika manusia baru saja membuktikan bahwasanya langit itu ada tujuh lapis Alloh telah lebih dulu menyatakannya dalam Fussilat ayat 12. Ketika para astronom baru saja menemukan bahwa ternyata pada langit terdapat garis edar bintang dan planet-planet beredar pada garis edarnya masing-masing, Alloh sudah mengungkapkannya jauh sebelum itu pada Adzzariat: 7 serta Yasin: 38-39. Ketika ilmu masa kini mengalahkan keyakinan masyarakat mesir kuno yang meyakini bahwasanya gunung adalah tiang, Alquran telah lebih dahulu membantahnya di suroh luqman ayat 10. Ketika para ahli biologi baru saja menemukan teori tentang penciptaan manusia, Alquran telah lebih dahulu membuktikannya di suroh Al-Hajj ayat 5.
Sekarang mari kita fikirkan apakah limit tak hingga dalam kalkulus yang membuktikan kebenaran firman Tuhan ataukah Alquran yang menjadi sumber kebenaran limit tak hingga. Yang jelas, saya baru sadar bahwa ternyata kehidupan itu abadi, live is no limit….
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
0 komentar