Suatu hari, yang tidak pernah disangkanya, ia mendapati sang kekasih hidupnya kehilangan penglihatannya. Saya memang tidak terlalu mengenalnya, malam itu adalah malam pertama saya bertemu dengannya. Itupun hanya karena saya memarkir motor saya, tepat disamping motornya. Tepat pukul sebelas malam, masih sendirian karena ditinggal suami, saya baru saja mengikuti sebuah seminar keluarga, dan tak sengaja melihat seorang ummahat membopoh suaminya menuju tempat parkir. Setelah saya perhatikan lebih dekat, ternyata suaminya buta. Saya bertahmid dalam hati, subhanalloh, tidak disangka, ternyata sang istri yang kemudian membonceng sang suami, dan tidak tanggung-tanggung, jarak rumah mereka hampir 20 kali lipat jarak rumah saya yang hanya berjarak 500 meter dari tempat acara.
Di lain waktu, saya bertemu kembali, di acara tarhib ramadhan. Saat semua pasang mata tertuju ke arahnya, ia dengan sabarnya, menuntun kekasihnya, mendudukkannya, menemaninya, dan memenuhi keperluannya. Sang suami terlihat begitu bersemangat datang ke acara, melebihi semangat orang-orang yang sehat. saya membayangkan, betapa besarnya perjuangan sang istri. Mengurusi anak-anak, mengurusi segala kebutuhan suami, mengurus keperluan rumah tangga, menangani berbagai hal sendiri. Saya kembali mengingat perlakuan saya terhadap suami (saat acara tarhib, lagi-lagi sedang ditinggal suami.....^^), mampukah saya, menjadikan suami saya sebagai orang yang lebih didahulukan kepentingannya dibandingkan saya? Kelak, mampukah saya menjadi penopangnya, ketika ia lemah, menjadi sandarannya ketika ia lelah. Mudah-mudahan...saya terus belajar untuk itu... semoga saja...amin....
tanjung selor kota ibadah, 10 Ramadhan 1432 H..
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
0 komentar