Bismillahirrohmanirrohim,
Sejak
tinggal di Kalimantan Utara, salah satu jenis seafood yang cukup sering saya
makan adalah udang galah. Kalau ikan sudah biasa ya, di Penajam atau Balikpapan
sekitarnya melimpah, tapi untuk udang jenis ini, tidak di semua tempat ada.
Dan, salah satu panganan yang biasa akan dibawa oleh orang-orang sebagai
oleh-oleh ketika bepergian sejak saya dulu tinggal di Tanjung Selor, Kabupaten
Bulungan, adalah udang galah. Dulu saya juga pasti membawa udang ini ketika
pulang kampung ke Kalimantan Timur, mudik ke Kendari, Sulawesi Tenggara juga
tidak pernah ketinggalan. Sebagian orang memilih membawa udang galah segar
dengan cara membungkusnya di peti steoroform
putih, ukurannya macam-macam, dari ukuran kecil, sedang hingga besar yang
dengan tidak lupa memasukkan es ke dalamnya.
Saat
dipindah tugaskan ke Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten termuda di Kalimantan
Utara (lima jam perjalanan darat dari Bulungan), di tahun 2013, udang galah sering saya jumpai di jual oleh nelayan ikan
di sini. Udang galah dari Tana Tidung terkenal dengan udang berukuran
besar, rasa yang enak, lebih gurih (karena berasal dari perairan tawar campuran antara sungai dan laut), dan tidak berbau tanah. Ditambah lagi, udang galah ini
adalah hasil dari perairan Sungai Sesayap, sungai yang ada di Kabupaten Tana
Tidung. Untuk membuktikan kekhasan udang galah Tana Tidung, pemerintah setempat
pernah mengadakan pesta udang galah sebanyak 2 ton pada tahun 2011, sebagai
bentuk rasa syukur satu tahun terbentuknya Kabupaten ini. Waktu itu, saya belum
sempat turut mengikuti acara heboh hingga masuk rekor MURI, bayangkan saja,
waktu itu acara ini dihelat di tengah lapangan, disediakan 1.801 kompor untuk
menggoreng udang sebanyak dua ton oleh ibu-ibu dari tiap desa setempat.
Nah,
pada tahun 2013, PKK Tana Tidung pernah menghelat acara serupa, dengan tetap
menggunakan ikon udang galah ini, yakni acara ‘Makan Besar’ yang saat itu
ditayangkan di salah satu saluran televisi swasta.
Pasti kenal dengan duo pemeran di acara 'Makan Besar' ini kan? |
Harga satu kilo udang galah bervariasi, tergantung besaran ukuran udang, biasanya semakin besar semakin mahal. Hari sabtu kemarin, kebetulan saya mendapatkan tawaran udang galah hasil dari pancingan, satu kilo dihargai Rp.70.000, besaran ukurannya campur, ada yang besar, sedang dan kecil. Kalau besar semua, harga bisa mencapai Rp 90.000 hingga Rp 100.000.
Acara dibuka dengan tarian khas dari Tana Tidung |
Saya sendiri jarang membawa udang galah ini dalam kemasan masih segar. Untuk alasan kepraktisan, sebagai oleh-oleh saya biasa mengolahnya terlebih dahulu, di goreng setengah matang.
udang galah yang melimpah...:) |
Untuk rasa? rasanya enak sekali, gurih dan lezat. Karena dasarnya sudah enak, jadi mau diolah menjadi apapun pasti enak. Tapi, untuk saya pribadi, olahan original masih tetap juaranya, karena menurut saya, tanpa banyak bumbu, daging udangnya yang rasanya manis-manis gurih jadi lebih terasa. Cara memasaknya sederhana, tinggal direndam air jeruk nipis dan garam, lalu digoreng atau direbus juga bisa, sesuai selera. Kadang saya juga tidak menggunakan air jeruk nipis karena udangnya tidak berbau, dan juga tidak amis.
Yang paling enak dari makan udang galah ini menurut saya adalah bagian isi di dalam kepalanya. Di dalamnya ada telur udang dan sedikit daging yang enak sekali kalau dihisap, rasanya manis-manis gurih. Karena itu, ukuran kepala biasanya lebih besar dibandingkan badan.
Karena sudah terbiasa dengan udang galah goreng, kemarin saya mencoba memasaknya dengan merebusnya terlebih dahulu. Setelah direbus kemudian digoreng dengan sedikit minyak, sebentar saja. Ternyata, rasanya jadi lebih enak, menurut saya. Warnanya memang jadi tidak secantik dan secerah kalau langsung digoreng, tetapi tekstur dagingnya matang sempurna, begitu juga isi kepalanya.
Ohya, saat memasak udang galah ini, entah digoreng atau direbus sebaiknya jangan terlalu lama, untuk menjaga daging tidak menjadi keras, atau terlalu kenyal seperti makan permen karet.
Lain kali, inshaallah, saya juga ingin mencoba memasak udang galah ini dengan menu olahan yang berbeda.
Tertarik mencoba? :)
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
5 komentar
Saya sukaaaa banget udang galah, Mbak. Apalagi kepalanya. Duh.. Enak banget... Ngileeer...
ReplyDeleteIyah Mbak, enak banget inih mah, bikin ketagihan, :)
Deleteuwww..kebayanglah enaknya, di Siak juga banyak udang galah
ReplyDeleteiya Mbak, udah sering nyobak juga ya berarti,,,
DeleteMbak nurin saya bisa minta alamat lengkap tempat udangnya berada, saya kepingin sekali kesana..
ReplyDelete