Sunrise di Pulau Derawan |
Bismillahirrahmanirrahim,
Late Post nih ceritanya, ketunda-tunda terus tiap mau posting :)
Waktu pertama kali mendapatkan kabar (sudah lama sih ya isunya, kira-kira awal tahun 2014 kemarin), bahwa pembinaan bidang Nerwilis (Neraca Wilayah dan Analisis Statistik) Kab/Kota bakalan benar-benar jadi diadakan di Derawan, rasanya agak gimana gitu ya. Bukan soal Derawannya, tapi soal lamanya itu lho, 9 hari perjalanan dinas, bukan waktu yang sebentar, itu waktu yang lama a...a...a... pake bingits. Buat para emak-emak, meninggalkan anak, keluarga, juga para tetangga dalam waktu yang lama itu hal yang memilukan. Tetapi, tugas telah menanti di depan mata. Maka perjalanan panjang pun dimulai.
Saya berangkat hari Selasa, tanggal 19 Agustus 2014, bersama kawan-kawan dari Kalimantan Utara kecuali dari Kab. Bulungan yang berangkat via darat. Sisanya, Kab Tana Tidung, Kab Malinau, Kab Tarakan, Kab Nunukan, kami berempat berangkat menggunakan pesawat yang sama, Kalstar Aviation berkapasitas 50-an penumpang. Kali ini, saya memilih berangkat dari bandara Kol R.A Bessing Malinau, Kabupaten terdekat dari Tideng Pale (Ibu Kota Kabupaten Tana Tidung, tempat saya bertugas) yang bisa dilalui melalui darat atau sungai selama 1 jam. Dibanding harus melalui Tarakan dengan jarak tempuh 2,5 jam menggunakan speed boat, perjalanan melalui Malinau bisa menyingkat waktu, lagi pula pesawat yang akan digunakan juga sama. Rute pesawat Kalstar yang akan kami naiki akan berangkat dari Malinau-Tarakan-Berau-Samarinda-Balikpapan.
Harga pesawat dari Malinau menuju Berau Rp 700 ribu-an, sedangkan melalui Tarakan bisa mendapatkan selisih harga Rp 200-300 ribu lebih murah. Jika ingin berhemat, perjalanan ke Derawan bisa ditempuh menggunakan speed boat dari Tarakan dengan tarif Rp 250 rb per orang.
Late Post nih ceritanya, ketunda-tunda terus tiap mau posting :)
Waktu pertama kali mendapatkan kabar (sudah lama sih ya isunya, kira-kira awal tahun 2014 kemarin), bahwa pembinaan bidang Nerwilis (Neraca Wilayah dan Analisis Statistik) Kab/Kota bakalan benar-benar jadi diadakan di Derawan, rasanya agak gimana gitu ya. Bukan soal Derawannya, tapi soal lamanya itu lho, 9 hari perjalanan dinas, bukan waktu yang sebentar, itu waktu yang lama a...a...a... pake bingits. Buat para emak-emak, meninggalkan anak, keluarga, juga para tetangga dalam waktu yang lama itu hal yang memilukan. Tetapi, tugas telah menanti di depan mata. Maka perjalanan panjang pun dimulai.
Saya berangkat hari Selasa, tanggal 19 Agustus 2014, bersama kawan-kawan dari Kalimantan Utara kecuali dari Kab. Bulungan yang berangkat via darat. Sisanya, Kab Tana Tidung, Kab Malinau, Kab Tarakan, Kab Nunukan, kami berempat berangkat menggunakan pesawat yang sama, Kalstar Aviation berkapasitas 50-an penumpang. Kali ini, saya memilih berangkat dari bandara Kol R.A Bessing Malinau, Kabupaten terdekat dari Tideng Pale (Ibu Kota Kabupaten Tana Tidung, tempat saya bertugas) yang bisa dilalui melalui darat atau sungai selama 1 jam. Dibanding harus melalui Tarakan dengan jarak tempuh 2,5 jam menggunakan speed boat, perjalanan melalui Malinau bisa menyingkat waktu, lagi pula pesawat yang akan digunakan juga sama. Rute pesawat Kalstar yang akan kami naiki akan berangkat dari Malinau-Tarakan-Berau-Samarinda-Balikpapan.
Harga pesawat dari Malinau menuju Berau Rp 700 ribu-an, sedangkan melalui Tarakan bisa mendapatkan selisih harga Rp 200-300 ribu lebih murah. Jika ingin berhemat, perjalanan ke Derawan bisa ditempuh menggunakan speed boat dari Tarakan dengan tarif Rp 250 rb per orang.
Derawan Dive Resort (BMI), penyedia puluhan cottage mewah. |
Perjalanan ke Derawan masih akan berlanjut esok hari, kami semua diinapkan di salah satu hotel yang ada di Berau, sembari menunggu rombongan dari Kalimantan Timur yang baru akan tiba esok hari. Dari Tanjung Redeb (Ibu Kota Berau), perjalanan ke Derawan memakan waktu kurang lebih 3 jam menuju Tanjung Batu, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan speed boat selama 1 jam.
Derawan adalah salah satu tempat wisata andalan dari Propinsi Kalimantan Timur. Ah ya, ini adalah kali kedua saya mengunjungi tempat ini sejak mengunjunginya di tahun 2010 lalu. Ada cukup banyak perubahan seperti semakin banyaknya bangunan baru, dan agak sulitnya menemukan penyu. Tapi, overall, semuanya oke dan menyenangkan. Walaupun rasanya agak beda, biasanya kalau pelatihan gini, ditemani fasilitas lengkap dan terjamin. Nah sekali ini pelatihan di pulau, tanpa tv, tidak ada atm, dan tidak ada mall tempat untuk memuaskan hasrat berbelanja. :)
Derawan adalah salah satu tempat wisata andalan dari Propinsi Kalimantan Timur. Ah ya, ini adalah kali kedua saya mengunjungi tempat ini sejak mengunjunginya di tahun 2010 lalu. Ada cukup banyak perubahan seperti semakin banyaknya bangunan baru, dan agak sulitnya menemukan penyu. Tapi, overall, semuanya oke dan menyenangkan. Walaupun rasanya agak beda, biasanya kalau pelatihan gini, ditemani fasilitas lengkap dan terjamin. Nah sekali ini pelatihan di pulau, tanpa tv, tidak ada atm, dan tidak ada mall tempat untuk memuaskan hasrat berbelanja. :)
Rumah sewa di pinggir laut dengan harga lebih terjangkau. |
Cerita tentang derawan sudah pernah saya ulas di perjalanan Part 1 di tahun 2010 lalu, jadi untuk yang ini, saya gak mau cerita panjang kali lebar kali tinggi. Maklum, di tahun 2010 itu saya belum punya kamera, belum punya jiwa petualang (halah), dan sama sekali gak punya hasrat buat foto-fotoan.
Kalau dulu, tinggal di home stay (rumah penduduk yang disewakan, mirip kos-kosan) bisa jadi alternatif yang murah meriah dibanding menyewa cottage, tapi sekarang harga home stay tidak jauh berbeda dengan penginapan yang ditawarkan di pinggir laut. Kalau boleh memberi saran, menginap di rumah-rumah sewa di pinggir laut akan lebih menyenangkan. Kepuasan menikmati pemandangan laut seharian akan sangat mengesankan, sambil sesekali menunggui penyu lewat. :). Ah ya, harga penginapan atau rumah sewa di pinggiran tadi berkisar antara Rp 175 rb - 300 rb per malam tergantung fasilitas di dalam kamar. Harga yang paling murah biasanya hanya menyediakan kipas angin serta kamar mandi di luar. Harga yang agak tinggi menyediakan ac dan kamar mandi di dalam. Harga sewa cottage berkisar Rp 500 rb sampai lebih dari satu juta per malam. Tergantung fasilitas, besaran cottage dan posisi cottage, semakin dekat dengan pemandangan bibir pantai, semakin mahal.
Pulau Maratua |
Pulau Maratua adalah salah satu pulau eksotis yang menyuguhkan pemandangan indah selain Pulau Derawan. Pulai ini juga dapat menjadi pilihan destinasi saat ingin berlibur ke Derawan. Lautannya lebih mempesona dan gradasi warnanya menakjubkan. Beberapa paket tour biasanya juga menawarkan paket perjalanan Derawan melalui Berau-Maratua. Tetapi kebanyakan pengunjung lebih memilih menginap di Derawan karena alasan kelengkapan fasilitas.
Kami hanya diberi waktu tidak sampai satu jam saat mengunjungi Maratua. Tujuan snorkling bukan di sini katanya. Jadi, sebisa mungkin, masing-masing sibuk memotret ataupun jalan-jalan sekilas melihat pemandangan Maratua. Maratua termasuk salah satu kecamatan seperti juga Derawan. Bedanya, penduduk di Maratua belum begitu banyak seperti di Derawan. Listrik juga belum 24 jam.
Penjaja makanan serta oleh-oleh juga masih lebih banyak di Derawan dibandingkan di sini. Itulah salah satu alasan mengapa kebanyakan turis lebih memilih menginap di Derawan. Saya agak lupa mencatat lamanya perjalanan menuju Maratua. Kalau tidak salah, sekitar 30-45 menit dari Derawan. Untuk berkeliling ke beberapa pulau, kami menyewa speed boat seharga Rp 1.500.000; yang bisa memuat kurang lebih 20 orang.
Dengan pemandangan seperti ini, menginap beberapa malam di Maratua juga bisa menjadi alternatif pilihan yang tepat. :) |
Destinasi selanjutnya adalah Pulau Kakaban. Pulau Kakaban adalah sebuah pulau tak berpenghuni yang memiliki danau. Keunikan pulau ini adalah karena adanya atol, yakni pulau karang yang berbentuk lingkaran dan ditengahnya terdapat danau. Danau ini terbentuk dari air laut yang terjebak, kemudian bercampur dengan air hujan begitu lama, sehingga kemudian membentuk ekosistem baru dengan jenis fauna dan flora unik yang telah beradaptasi hidup sekian lama.
Pulau Kakaban |
Kekayaan Fauna di Kakaban salah satunya dibuktikan dengan adanya spesies ubur-ubur yang tidak menyengat. Uniknya, ubur-ubur ini berenang terbalik, dengan kaki di atas dan kepala di bawah. Saat berenang atau snorkling di Danau Kakaban, kita bisa dengan bebas menemukan spesies ini. Selain ubur-ubur, berenang bersama ikan juga akan menjadi aktivitas yang menyenangkan. Cukup dengan membawa remahan roti di telapak tangan, ikan-ikan akan datang dengan sendirinya.
-Jelly Fish- kenyal-kenyal geli gimana gitu.. :). Agak takut waktu pertama kali nyentuh. Selalu inget Sponge Bob si pencari ubur-ubur, takut kena sengat!. |
Snorkling |
Aktivitas yang paling digemari saat berada di Kakaban selain mencari ubur-ubur tentu saja adalah snorkling dan menyelam. Di Kakaban juga tersedia peralatan yang disewakan, atau bisa juga menyewa peralatan sejak dari Derawan. Peralatan snorkling yang kami gunakan seharga Rp 50 rb sehari, dan itu dibawa dari Derawan.
di datangi ikan-ikan saat membawa remahan roti |
Pulau Kakaban |
Pulau Kakaban |
Menuju Danau Kakaban |
Danau Kakaban |
Puas bermain air di Kakaban, hari beranjak siang. Air laut sedang surut. Kami harus menunggu sampai sekitar jam 2 siang, untuk melanjutkan ke destinasi terakhir, yakni Pulau Sangalaki. Jarum jam masih belum genap mengarah ke angka 12. Kami harus kembali ke Derawan sebelum sore, berkejar-kejaran dengan jadwal pelatihan yang telah disusun oleh panitia. Setelah berembug antara sudahi dan lanjutkan, akhirnya semua sepakat untuk melanjutkan perjalanan. Sayang kan, sudah jauh-jauh sampai sini. :)
Air laut yang surut. |
Pulau Sangalaki |
Speed Boat tidak bisa merapat ke Pulau Sangalaki karena air masih belum juga pasang. Motoris menawarkan pada kami untuk berenang (yang benar saja, lebih dari 500 meter) untuk sampai ke pulau. Akhirnya, ditempat pemberhentian ini, sebagian kawan-kawan memutuskan untuk berenang dan snorkling di sekitar speed boat. Sayang sekali tidak jadi mengelilingi Pulau Sangalaki. Belum kesampaian melihat tempat penangkaran penyu. :). Saya tidak ikut turun, tapi menurut teman-teman, pemandangan bawah laut di Sangalaki lebih mengagumkan dibanding di Kakaban.
Finally, setelah beberapa hari menunggui penyu lewat, akhirnya kesampaian juga. Ini penyu yang terpotret termasuk jenis penyu yang kecil. Beberapa penyu besar bisa sebesar manusia dewasa.
Sunset di Derawan |
Waktu yang begitu lama, rasanya masih kurang saja. Akhirnya kami harus meninggalkan Derawan. derawan penuh kenangan. Diantara semua perjalanan dinas yang pernah saya lakukan, ini adalah perjalanan paling menyenangkan dan paling berkesan. Fresh!
Bersama teman-teman Neraca Wilayah&Analisis Statistik Kab/Kota se Kaltim, Ka. BPS Prop Kaltim (tengah bertopi) dan Deputi Neraca BPS RI (tengah berkacamata hitam) |
Suatu waktu, semoga berkesempatan berkunjung kembali,, :)
Terimakasih telah membaca dan meninggalkan jejak komentar sebagai wujud apresiasi. ^_^ Semoga postingan ini dapat memberi manfaat dan mohon maaf komentar berupa spam atau link hidup akan dihapus. Terima kasih.
12 komentar
waah kayaknya seru banget....pengin juga sampai ke sana.
ReplyDelete@Ida Nur Laila:bener banget Bu, seru sekali...:) ayo Bu, kapan2 kesini, :)
ReplyDeleteMenyenangkan sekali...
ReplyDelete@Adi Pradana:sangat...
ReplyDeletekeren abis emang derawan yaa, saya yang orang Kaltim aja belum pernah kesanaaaaaaaaaa, ngiri abis kalo ada blog yg nge review tempat inii
ReplyDelete@Ichsan Ramadhani:iya, saya juga dua kali kesana, gratisan :). Backpakeran lewat tarakan lebih murah, atau ikut paket travel, bisa lebih hemat sewa speed boatnya...
ReplyDeleteBagus banget ya Mak pemandangan dan kekayaan lautnya.. foto-fotonya juga bagus-bagusss... bikin mupeng :D
ReplyDelete@Diah Kusumastuti:iyee Mak, mudah2an kapan2 bisa ikut ngerasain kesana ye Mak..:)
ReplyDeleteJadi ituuu yg namanya Derawan... bening bgt airnyaaa
ReplyDeleteIya Mbak Jiah. Ayo pan kapan ke sini :)
DeleteDerawan bagus banget... ...... Semoga saya bisa kesana dalam waktu dekat ini. Aamiin
ReplyDeleteAmin. ☺
Delete